Pemerintah terus mendorÂong pengembangan industri kabel serat optik di dalam negeri. Hal ini seiring dengan kebijakan pemerintah yang sedang menggenjot pembanÂgunan infrastruktur telekoÂmunikasi dan peningkatan penggunaan produk dalam negeri.
Menteri Perindustrian AirÂlangga Hartarto mengatakan, untuk merangsang investor menanamkan modalnya di sekÂtor industri teknologi informasi dan komunikasi di dalam negeri, pemerintah telah memberikan fasilitas insentif fiskal, antara lain tax holiday dan tax allowÂance. Selain itu, pemerintah juga memberikan fasilitas insentif berupa Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) untuk impot bahan baku.
"Ini dalam rangka peningkaÂtan daya saing industri kabel serat optik lokal," ujarnya usai meresmikan pabrik kabel serat optik PT. Yangtze Optics Indonesia (YOI) di Karawang, Jawa Barat.
Menurut dia, kabel serat optik menjadi produk yang paling banyak digunakan daÂlam teknologi komunikasi modern saat ini karena mampu mentransmisikan cahaya denÂgan frekuensi tinggi. Apalagi, pemerintah telah mencananÂgkan pengembangan proyek Palapa Ring.
"Proyek ini akan menjangÂkau sebanyak 34 provinsi, 440 kota atau kabupaten di seluruh Indonesia dengan total panjang kabel laut mencapai 35.280 kilometer, sedangkan kabel di daratan sejauh 21.807 kilomeÂter," tambah Airlangga.
Peluang tersebut yang perlu dimanfaatkan oleh industri kabel serat optik dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pasar saat ini. Kemenperin telah mendorong melalui keÂbijakan penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
"Pengoptimalan TKDN ini diharapkan pula dapat menggenjot kemampuan produksi industri dalam negÂeri, sehingga ikut mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja," ujarnya.
Menurut dia, kabel serat opÂtik merupakan salah satu dari tujuh jenis produk yang berÂpotensi untuk dikembangkan melalui kebijakan penerapan TKDN. Enam produk lainnya adalah telepon seluler, panel surya, televisi digital, IOT, lampu LED, dan smart card.
Pabrik BaruAirlangga juga mengapreÂsiasi, PT YOI membangun pabrik baru kabel serat optik di Indonesia karena kebutuhan di dalam negeri mencapai 9 juta kilometer (km) per tahun. Pabrik ini juga dapat menÂgurangi impor sebesar 8-10 persen setiap tahunnya. "Kita bisa menghemat devisa 500 juta dolar AS atau sekitar Rp 6,5 triliun," ujarnya.
CEO PT. YOI, Chen Hui Xiong menyampaikan, nilai investasi pembangunan pabrik kabel serat optik sekitar 22 juta dolar AS atau Rp 302 miliar. "Dengan beroperasinya pabrik baru ini, fasilitas produksi fiber optik dan kabel optik kami teÂlah terintegrasi. Total investasi kami hingga saat ini sudah mencapai 50 juta dolar AS (Rp 687 miliar)," ungkapnya.
Dia berharap, dengan dukunÂgan dari pemerintah Indonesia serta para mitra bisnisnya, peruÂsahaan akan terus berkontribusi memajukan program pemerinÂtah dalam membangun teknoloÂgi broadband dan infrastruktur telekomunikasi. "Semoga inÂvestasi kami ini turut berperan mendorong tumbuhnya industri komponen lokal di Indonesia," tuturnya. ***