Fadli Zon dan Johan Budi/Net
Kritikan Wakil Ketua DPR Fadli Zon terhadap pemerintah yang menjamu bos IMF bak raja ditanggapi pihak Istana. Juru bicara Presiden Jokowi, Johan Budi menegaskan tak ada yang istimewa dalam penyambutan tersebut.
"Penyambutan IMF biasa saja, proposional," kata Johan Budi dalam pesan singkatnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin. Apalagi jika disebut petinggi IMF disambut seperti raja, kata Johan Budi, itu tidak benar. Presiden malah mengajak bos IMF blusukan ke pasar tradisional. "Presiden mengajak blusukan ke Tanah Abang, pasar rakyat, untuk melihat Usaha Kecil Menengah (UKM). Di mana letak kayak rajanya?" ucap Johan.
Fadli mengkritik cara penyambutan yang dilakukan pemerintah terhadap Managing Director IMF Christine Lagarde. Kata dia, seperti sedang menyambut kedatangan raja. Padahal IMF pernah menghancurkan sendi-sendi perekonomian Indonesia 20 tahun lalu. "IMF awalnya muji-muji seperti sekarang, mengatakan fundamental ekonomi kita kuat. Bahkan oleh World Bank kita disebut East Asia Miracle. Tahu-tahu terjadi krisis. IMF ini kok dibuat seperti kedatangan raja gitu lho," kata Fadli di kompleks DPR, Selasa, (27/2).
Fadli mengaku salah satu yang mengkaji secara akademik bahwa IMF adalah institusi biang kerok dari krisis yang terjadi di dunia. Karenanya, penyambutan Istana terlalu berlebihan. Fadli juga mengkritik pemerintah yang rela mengeluarkan uang Rp 1 triliun untuk persiapan pertemuan IMF-World Bank di Bali pada Oktober mendatang.
"Di pemerintahan Jokowi kok IMF diberi karpet merah dan mengeluarkan Rp 1 triliun untuk pertemuan mereka. Memangnya negara ini event organizer apa? Kan bukan. Seharusnya dibatalkan dan uang satu triliun itu digunakan untuk kepentingan lain," tandas Wakil Ketua Umum Gerindra ini.
Anggota DPR Fraksi PDIP Maruarar Sirait membela pemerintah. Menurut dia, penyambutan terhadap bos IMF sangat wajar. Jokowi paham cara memperlakukan tamu negara. Akan tetapi, Jokowi tak terpengaruh sikap tamu negaranya. "Pak Jokowi sangat tahu bagaimana menyambut tamu kenegaraan, tapi juga mandiri dalam bidang politik," bela Ara, sapaan akrabnya.
Maksud Jokowi mengajak bos IMF blusukan ke Pasar Tanah Abang bertemu dengan para pedagang, kata Ara, ingin menunjukkan kepada IMF bahwa kekuatan ekonomi Indonesia yang paling kokoh adalah sektor UKM. "IMF diajak panas-panasan, diajak berkeringat, diajak berdesak-desakan di Pasar Tanah Abang. Masak raja dibawa panas-panasan dan keringatan?" kritik Ara kepada Fadli.
Menanggapi ini, netizen terbelah. Di Twitter banyak yang pro Istana dan menyindir Fadli, tak sedikit juga yang membela Fadli. Akun @SugengH60811686 menilai, apapun tujuan tamu negara, semestinya disambut baik. "Tamu adalah Raja terlepas tamu tersebut membawa kebaikan/keburukan," kicau dia diamini @tedy_moel. "Iya juga gapapa koq, tamu memang wajib dimuliakan." Akun @budiipress melengkapi. "Memuliakan tamu salah satu ajaran nabi Muhammad."
Sementara, akun @fajaralam9 mengamini jawaban Johan Budi. "Raja kok diajak jalan kaki di Tanah Abang yang semrawut?" cuitnya menyindir Fadli. Sedangkan @Herry2342 menyarankan Istana tak perlu repot-repot menanggapi. "Ga usah ditanggapi pak. Dia kan cuma iri," kicaunya disambut @DediTeulih2016. "Nggak usah ditanggapi @fadlizon mah, nggak penting."
Yang membela Fadli seperti akun @ tisnajong. "Harus dijamu dengan baik, kalau kecewa ntar minjem susah," sindir dia dilengkapi @nafisa_hania. "IMF biagkerok kenapa indonesia gak maju-maju," cuitnya. Akun @akbar_purnomoo nyinyir. "Mau ngutang wae kakean ngemeng." Akun @Sriwija34788247 menimpali. "Apapun alasannya berhentilah dengan budaya ngutang."
Setelah ramai jadi perbincangan, Fadli meluruskan pernyataannya soal IMF disambut bagai raja di Indonesia. Yang dimaksud Fadli adalah pertemuan IMF di Bali pada Oktober 2018, bukan penyambutan Managing Director IMF Christine Lagarde. "Yang saya maksud sambutan seperti raja itu adalah untuk pertemuan IMF Oktober 2018, bukan kedatangan Managing Director Lagarde kemarin yang diajak blusukan. Kalau kunjungan Managing Director IMF sih oke-oke saja, hanya berisi pujian terhadap ekonomi," kata Fadli. ***