Berita

Foto/Net

Bisnis

Ekonomi Kita Keren, Kenapa Merasa Kere

Masuk Klub 1 Triliun Dolar
RABU, 28 FEBRUARI 2018 | 08:59 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Ekonomi kita sebenarnya tak jelek-jelek amat. Bahkan lagi harum-harumnya di dunia. Sekarang, kita masuk Negara yang berpenghasilan 1 triliun dolar sehingga kita masuk ke grup Negara 1 triliun dolar. Tapi, kenapa kita masih merasa kere?

Pernyataan sekaligus pernyataan ini diutarakan Presiden Jokowi saat peresmian Pabrik Kalbe di Cikarang, Jawa Barat, kemarin. Presiden menegaskan, ekonomi Indonesia semakin baik dan bersaing dengan negara lain. Buktinya, masuk kelompok 20 ekonomi utama Dunia (G20).

"Kita tahu negara kita sudah masuk G20 dan tahun lalu kita juga masuk kelompok lebih istimewa lagi, yaitu kelompok trillion dolar club, negara-negara yang punya ekonomi 1 triliun dolar per tahun ini, banyak yang nggak sadar," ucap Jokowi.


Jokowi heran, sekalipun sudah masuk G20 dan memliki penghasilan alias produk domestik bruto (PDB) mencapai triliun dolar per tahun belum mengangkat rasa percaya diri bangsa Indonesia. Buktinya, masih banyak orang yang menganggap, Indonesia adalah negara kere.

“Banyak yang mengangap kita miskin. Padahal, hanya ada 16 negara di dunia yang memiliki nilai PDB sebesar triliun dolar per tahun. Dan Indonesia ada di peringkat ke-16 itu. "Sekali lagi, patut kita syukuri, artinya GDP (PDB) kita besar jangan lupa itu," kata Jokowi.

Selain menegaskan kalau ekonomi Indonesia itu keren, Jokowi juga menyampaikan saat ini adalah waktunya Indonesia tampil sebagai negara donor terhadap yang membutuhkan. Ditegaskan, Indonesia bukanlah negara yang meminta bantuan negara lain.

"Saat kita kumpulkan dubes dan menteri-menteri saya sampaikan jangan kita minta lagi bantuan negara-negara lain, kita sudah saatnya membantu negara lain, negara-negara kecil di bawah kita sudah saatnya dimasukkan G20," katanya.

Tren positif pertumbuhan ekonomi Indonesia harus tetap dijaga. Jokowi berpesan, jika pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen per tahun bisa terjaga, atau meningkat, maka PDB dalam dalam beberapa tahun ke depan akan meroket menjadi 2 triliun dolar per tahun.

"Pertumbuhan ekonomi itu katakanlah pertumbuhan kita 5-6 persen per tahun berarti ekonomi Indonesia akan naik dua kali lipat. Ini yang sering Indonesia lupa dalam kurang lebih 2 tahun ke depan sehingga ekonomi kita akan jadi ekonomi dengan nilai 2 triliun dolar AS paling lambat 2032, banyak orang nggak punya hitung-hitungan seperti ini," pungkasnya.

Terpisah, Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengamini jika ekonomi Indonesia sedang harum-harumnya. Baginya, PDB Indonesia yang menembus 1 triliun dolar adalah pertanda jika Indonesia sudah menjadi bagian ekonomi besar dunia.

"Indonesia luar biasa, ekonomi Indonesia masuk ke dalam 1 triliun dolar, dan 1 triliun ekonomi itu adalah sesuatu yang besar dan itu menunjukan bahwa Indonesia mengarah kepada ekonomi besar dunia,"  ujar Agus di Hotel Fairmont, Jakarta, kemarin.

Dengan angka PDB tersebut, Agus mengaku Indonesia kini berada di urutan ke-15 sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia juga terus menanjak.

Tidak hanya diakui di ASEAN, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga diakui di dunia. Buktinya, Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah pertemuan tahunan International Moneter Fund (IMF)-World Bank pada Oktober 2018.

"Mereka (IMF) sangat positif dengan ekonomi kita. Bahkan mereka percaya ekonomi Indonesia tumbuh 5,3 persen (2018), kita di pemerintah dan DPR itu sepakati pertumbuhannya 5,4 persen, tetapi kalau dari IMF mengatakan 5,3 persen, saya lihat ini cerminan konfiden dari IMF terhadap Indonesia,"  pungkasnya.

Ekonom Indef, Ahmad Heri Firdaus menganggap wajar pemerintah berbangga atas masuknya Indonesia ke grup Negara 1 triliun dolar. Ini sebuah prestasi. Tapi, bukan berarti fakta PDB ini berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan rakyat.

"Kalau melihat dari PDB, ekonomi kita memang besar. Itu wajar, populasi kita nomor empat dunia. Masuk grup Negara I Triliun dolar juga bisa meningkatkan optimisme dunia usaha," ujar Heri kepada Rakyat Merdeka.

Masalahnya, PDB tinggi ini bukan ukuran rakyat Indonesia sejahtera. Buktinya, pendapatan perkapita Indonesia masih di bawah 4.000 dolar AS. Belum lagi, jika PDB triliunan dolar itu penyumbang besarnya adalah segelintir konglomerat.

"Kalau perkapita dunia, kita jauh. Mungkin kita peringkat 90-100," kelakarnya. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya