Berita

Haidar Nashir/Net

Politik

Keagungan Nilai Islam Jangan Disalahartikan

JUMAT, 23 FEBRUARI 2018 | 16:54 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir angkat bicara soal bagaimana umat Islam, terutama anak-anak muda, memaknai ajaran agamanya. Apalagi ketika dihadapkan dengan sejumlah persoalan yang menimpa umat saat ini, fenomena hoax maupun pandangan radikal.

Menurut Haedar Nashir, Islam mengajarkan umatnya untuk menyebarkan kedamaian dan keselamatan. Selain itu, Islam juga mengajarkan agar nilai-nilai luhur dalam Islam disampaikan dengan baik dan proporsional.

Kata Haedar, jika nilai-nilai luhur Islam dipahami dan disampaikan secara keliru, maka tentu maknanya juga menjadi keliru. Seperti kalimat ‘Allahu Akbar’ yang seringkali dipekikkan kurang pada tempatnya.


"Allahu akbar adalah kalimat toyyibah, kalimat yang tinggi dan agung, bukan untuk dikorupsi menjadi alat politik atau untuk meraih kepentingan sendiri dan kelompok," kata Haedar dalam sesi dialog Forum Diskusi Persatuan Mahasiswa Indonesia di The University of Queensland (UQISA), Rabu (21/2).

Misalnya saja di sejumlah acara, kata Haedar, kalau ada pidato sedikit-sedikit terdengar pekik 'Allahu Akbar' ketika setuju dengan isi pidato itu. Tentu itu baik, tapi kalau sering begitu kalimat agung itu menjadi terasa kurang tepat.

Dalam pemaparannya di depan para mahasiswa dan staf pengajar UQ, Haedar juga mengatakan bahwa pandangan radikal atau ektrem juga bisa lahir karena adanya bias pemahaman tersebut.  Paham radikal atau ekstrem itu bukan hanya di lingkungan umat beragama atau karena paham agama, apalagi hanya ditujukan pada Islam dan umat Islam.

"Radikalisme itu universal karena ideologi non agama seperti komumisme, liberalisme, sekularisme, nasionalisme, dan lain-lain. Radikalisme juga sering tumbuh berkaitan dengan pandangan serta situasi politik dan ekonomi tertentu yang memicu orang untuk bertindak radikal," terang Haedar.

Fenomena ini pula yang menurutnya membuat posisi Muhammadiyah, NU, dan mayoritas Muslim Indonesia yang moderat menjadi sangat penting serta perlu memperkuat posisi Muslim moderat di masyarakat. Muhammadiyah sendiri justru menawarkan pendekatan moderasi dalam berhadapan dengan kelompok radikal, bukan deradikalisasi.

Deradikalisasi, kata Haedar, adalah berusaha mengubah pihak radikal dengan cara yang juga radikal. Ia merasa pendekatan ini kurang pas, terutama untuk jangka panjang, karenanya Muhammadiyah mengedepankan moderasi.

"Kelompok radikal biasanya mereaksi pihak lain yang sama radikalnya. Misalnya, ada kelompok yang ngotot menolak LGBT sementara di ujung spektrum yang lain ada kelompok yang tak kalah radikalnya dalam mendorong pengakuan hak LGBT," ujar Haedar.

Kelompok moderat seperti Muhammadiyah dan NU sangat penting dalam membendung pertumbuhan radikalisme. Bila negara secara tidak langsung ikut berkontribusi "menumbuhkan" kelompok radikal dengan kebijakannya yang tidak adil, maka peran yang diemban kelompok moderat menjadi makin berat.[dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya