Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
PERKEMBANGAN meÂnarik terjadi selama dua dasawarsa terakhir ialah fenomena santrinisasi kaum priyayi. Bukan rahaÂsia lagi bahwa kaum elite birokrasi yang dahulu perÂnah menyandang gelar kaum priyayi, kini semakin lebur dengan nilai-nilai kesantrian. Perilaku dan identitas keseharÂian mereka sudah tidak bisa lagi dibedakan dengan kaum santri. Bahkan di antara merÂeka lebih sering menunaikan haji dan umrah dari pada kaum santri karena kemampuan ekonominya yang lebih baik. Kantor-kantor pemerintahan sekarang sudah sangat berÂbeda dengan zaman Clifford Geertz menÂemukan tiga pola komunitas masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa yaitu kaum Abangan, Santri, dan Priyayi. Fenomena keÂtiga kelompok ini kini semakin cair satu sama lain. Karakter dan peradaban Abangan yang pernah diasumsikan kelompok masyarakat yang beragama Islam tetapi tetap menjalankÂan kebiasaan nenek moyangnya yang cendÂerung syinkretik. Kini mereka sudah berubah setelah menikmati kemerdekaan yang meÂmungkinkan mereka mengecap pendidikan tinggi dan mengakses pekerjaan lebih baik. Di antara keluarga abangan ada yang menÂjadi kiai dan pejabat. Sebaliknya ada yang orangtuanya dahulu priyayi dan tuan tanah tetapi hidup berfoya-foya dan tidak memeduÂlikan pendidikan, akhirnya menjadi terlantar menirukan suasana kehidupan Abangan di masa lalu. Yang jelas, kaum Abangan dan Priyayi sudah mengalami proses santrinisasi seiring dengan perbaikan kualitas pembinaan keagamaan, baik yang dilakukan oleh peÂmerintah melalui Kementerian Agama mauÂpun oleh ormas-ormas Islam, terutama perÂbaikan standar mutu di lingkungan Pondok Pesantren. Generasi di bawah 20 tahun saat ini sudah sulit menyaksikan secara skematis ketiga fenomena kelompok masyarakat tadi.
Kaum santri kini berekstensi keluar lingÂkungan space Pondok Pesantren. Para santÂri kini merambah ke dunia luas di luar habiÂtatnya di Pondok Pesantren. Di antara santri tidak sedikit jumlahnya menjadi jenderal TNI atau Kepolisian. Ada juga berkiprah di dunia diplomat. Sudah banyak santri menjadi Duta Besar yang dahulu sulit diakses. Ada juga yang memilih menjadi saudagar dan sudah sukses membangun jaringan bisnis yang beromset besar. Apalagi di dalam dunia poliÂtik, sudah banyak sekali yang sukses sebaÂgai anggota legislatif dan pejabat birokrasi. Bahkan sudah pernah ada yang menjadi Kepala Negara (Gus Dur). Tidak sedikit juga jumlahnya memilih dunia hiburandan kesÂenian. Sederet nama-nama artis yang berÂbackgroud Pondok Pesantren. Bahkan dunia Pendidikan tinggi umum banyak sekali para Rektornya dipimpin oleh orang yang berlatar belakang santri.
Kata santri tidak bisa lagi dikonotasikan dengan komunitas masyarakat sarungan yang di tangannya melingkar tasbih, yang sering dijumpai di belakang kiai di lingkunÂgan Pondok Pesantren atau di masjid. 'SantÂri zaman now' sudah menggunakan mobil dengan menenteng laptop, HP, dan tas yang branded, duduk di belakang stir, kemeja berÂdasi, namun mulutnya terus dihiasi kalimat-kalimat suci. Prilaku dan tutur katanya tetap santun, bisnisnya amanah, bahkan sesungÂguhnya dari tangannya lahir apa yang disÂebut sekarang dengan "ekonomi syari'ah." Mereka tidak lagi hanya menguasai vocab Arab atau dunia Timur Tengah tetapi juga Bahasa-bahasa Eropa seperti Bahasa InÂggris, Perancis, Belanda, Jerman, SpanyÂol, dll. Mereka lihai bermain di pasar modal dan dengan segudang keterampilan. JanÂgan kaget kalau di antara mereka menoÂlak jika disuguhi makanan atau minuman di siang hari karena mereka rajin puasa sunah Senin-Kamis. Bagi kaum perempuannya sama sekali tidak terbebani dengan jilbab yang melilit tubuhnya karena di manapun ia berada sangat percaya diri dengan identitas syari’ah-nya. Di sinilah keajaiban Islam, seÂmakin dipelajari semakin asyik dan memberi rasa percaya diri. Kini sudah terbukti, santri menjadi trend setter masa depan.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08
Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44
Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46
UPDATE
Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45