Berita

Foto/Net

Bisnis

Pengusaha Ngeluh Harga Energi Mahal

Sulit Genjot Produksi Dan Daya Saing
SELASA, 20 FEBRUARI 2018 | 08:45 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pengusaha mengeluhkan masih mahalnya harga energi di dalam negeri, mulai dari listrik hingga gas industri. Pemerintah pun diminta segera menyediakan energi yang murah untuk industri agar produksi dan daya saing dapat meningkat.

Ketua Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim mengungkap, banyak pebisnis skala menengah yang mengeluhkan ketersediaan listrik. "Banyak dari kami tentu saja tidak mampu memakai su­plai listrik premium yang mahal, sementara listrik butuh banyak untuk penambahan produksi," ujar Christine, kemarin.

Direktur Utama PT Langgeng Jaya Plastindo ini mengata­kan, selama ini industri plastik daur ulang cukup berprestasi di bidang ekspor. "Kami pu­nya sekitar 280 anggota yang mengekspor mulai dari Bangla­desh, Eropa Timur dan China," kata Christine.


Di lain pihak, industri keramik menyoroti wacana penurunan harga gas yang tak kunjung terjadi. Elisa Sinaga, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mengharapkan ada solusi agar harga gas bisa mempengaruhi kompetisi industrinya baik di dalam dan luar negeri.

"Sebab saat ini saja impor keramik mulai marak. Setelah bea masuk mereka berkurang Impor berkemungkinan tum­buh hingga 40 persen," terang Elisa.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Fila­men Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan, da­lam beberapa tahun ini pihaknya merasa minim dukungan dari pemerintah untuk meningkatkan daya saing. "Berapa banyak kebijakan ekonomi dibuat, tidak banyak yang bisa terimplemen­tasi sehingga tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan daya saing," ujarnya.

Menurut dia, tanpa mening­katkan daya saing dan insentif mustahil ekspor bisa bersaing. "Jadi selama pemerintah masih fokus bangun infrastruktur, an­dalan kita pasar domestik, kalau mau tetap dorong ekspor itu per­masalahan energi, transportasi dan lainnya harus diselesaikan dulu," jelas Redma.

Redma menambahkan, merebut pasar lokal juga bu­kan pekerjaan mudah. Pasal­nya Kementerian Perdagangan (Kemendag) justru getol ingin membuka keran mempermudah impor dengan alasan bahan baku untuk Industri Kecil Menengah (IKM) dan meningkatkan ek­spor. "Alhasil kinerja industri hulu dan antara kian terpojok, bahkan tidak sedikit yang tutup," jelas Redma.

APSyFI berpendapat, pen­gendalian impor sangat pent­ing bagi industri dalam negeri untuk mendapat pasar domestik sebelum melangkah ke pasar ekspor.

"Semester 2 tahun lalu kinerja industri sangat terbantu oleh gebrakan Kementerian Keuan­gan yang menghentikan impor borongan, penjualan lokal kita langsung melonjak," jelasnya.

Sementara Asosiasi Perteks­tilan Indonesia (API) berharap, pemerintah konsisten dalam me­netapkan kebijakan untuk sektor industri kimia, tekstil dan aneka (IKTA). Dengan kebijakan yang mendukung industri, produk in­dustri dalam negeri akan mampu bersaing di pasar global.

"Contohnya soal insentif jika ada perluasan usaha, saat ini implementasi dari peraturan tersebut belum terasa," kata Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Luar Negeri AP I Anne Patricia Sutanto.

Pihaknya jugaa menekankan soal pentingnya menerapkan harga gas yang lebih kompetitif. "Pemakaian gas sangat banyak diserap oleh industri hulu kami," ungkap Anne.

Ia mengatakan, untuk pabrikan pakaian jadi (garmen) kebanya­kan menggantungkan energi dari listrik. "Kami juga berharap kualitas layanan dan listrik dari PLN lebih baik lagi. Cost kami juga besar di sana, diharapkan jangan ada pengaturan tarif be­ban puncak," beber Anne.

Anne yang juga menjabat sebagai Vice President Director PT Pan Brothers Tbk (PBRX) menyebutkan industri tekstil Indonesia memiliki orientasi ekspor yang besar mulai dari Amerika Serikat (AS) hingga Eropa. "Sekarang kami berusaha mengejar agar free trade agree­ment bisa sejajar dengan kom­petitor, Vietnam," imbuhnya.

Direktur Jenderal IKTA Ke­menperin Achmad Sigit Dwi­wahjono berharap, pengem­bangan Blok Masela dapat terealisasi secepatnya agar har­ga gas industri bisa bersaing. Sayangnya, sampai saat ini belum mendapatkan titik temu antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan investor.

"Tiga investor tersebut antara lain Sojitz, Elsoro Multi Pratama dan Indorama. ESDM mintanya 5,8 dolar AS per mmbtu, semen­tara investor seperti Sojitz ingin­nya 4 dolar AS," katanya.

Ia menambahkan, tiap tahun­nya industri tekstil, khususnya garmen bisa tumbuh 5-6 persen. "Kalau FTA (Free Trade Agree­ment) dengan AS dan Eropa jadi tahun ini, pertumbuhannya bisa sampai 7 persen," imbuhnya.

Kementerian Perindustrian mencatat sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) me­nyumbang produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp 150,43 triliun. Nilai ekspor sektor ini mencapai 12,58 miliar dolar AS atau sekitar Rp 168,5 triliun di 2017.  ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya