Berita

Tony Blair bertemu dengan Muammar Gaddafi pada tahun 2007/The Guardian

Dunia

Berkas Rahasia Ungkapkan Kerjasama Inggris Dan Gaddafi

SELASA, 20 FEBRUARI 2018 | 07:49 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Sebuah dokumen rahasia bocor ke publik baru-baru ini yang mengungkapkan bahwa ada tingkat global kerja sama antara badan intelijen Inggris MI6 dengan Mantan Perdana Menteri Libya Muammar Gaddafi dan peran pribadi Tony Blair dalam menegosiasikan aliansi tersebut.

Dimuat The Guardian, dalam berkas tersebut menunjukkan bahwa kepala MI6 saat itu, Sir Richard Dearlove, terbang ke Tripoli pada tahun 2004 untuk membahas bagaimana melakukan kampanye gabungan melawan jihadis Libya yang diasingkan dan distigmatisasi sebagai "bidah" ​​oleh pejabat Gaddafi.

Dalam berkas yang ditemukan di Tripoli dalam beberapa pekan terakhir dan digambarkan sebagai "rahasia" itu juga disebutkan bahwa untuk pertama kalinya Gaddafi menulis surat kepada Blair pada tahun 2003. Isi surat itu adalah Gaddafi mengajukan lima tuntutan yang diajukannya dengan imbalan pelepasan program senjata nuklirnya.


Materi tersebut menyoroti kolaborasi diam-diam antara dinas intelijen Inggris dan rezim Gaddafi dalam mengorganisir penculikan anggota Kelompok Pertarungan Islam Libya (LIFG) dan mengembalikannya paksa ke penjara rezim di Tripoli.

Kelima tuntutan itu disebutkan dalam sebuah surat yang oleh kepala intelijen Gaddafi, Moussa Koussa, menulis kepada kepala kontra-terorisme MI6, Mark Allen, pada bulan Oktober 2003. Dalam surat itu Koussa meminta Allen untuk mengkonfirmasi akan melakukan tuntutan itu dan benar benar mengeksekusinya. Namun Tidak jelas apa tuntutan tersebut.

Kemudian di bulan Februari berikutnya, Dearlove dan Allen memimpin sebuah delegasi MI6 ke Tripoli, dan risalah pertemuan Libya menunjukkan bahwa mereka sepakat akan informasi mengenai "unsur-unsur berbahaya" yang akan dibagikan oleh agen intelijen Gaddafi.

Minggu-minggu kemudian, para pejabat dari Downing Street dan Kantor Luar Negeri Inggris juga disebutkan mengunjungi Tripoli.

Tiga minggu kemudian pemimpin LIFG, Abdel Hakim Belhaj, dan istrinya yang sedang hamil ditahan di Bangkok dan diserahkan ke Tripoli. Dokumen yang ditemukan selama revolusi Libya menunjukkan bahwa Allen mengklaim kredit atas intelijen yang memungkinkan pasangan tersebut untuk ditempatkan.

Belhaj ditahan di salah satu penjara Gaddafi selama enam tahun dan mengatakan bahwa dia berulang kali disiksa.

Berkas yang baru ditemukan menunjukkan bahwa seorang perwira MI6 terbang ke Tripoli dalam beberapa hari setelah penculikan tersebut dan menanyakan sejauh mana kerjasama dengan investigasi Belhaj. Dia juga mengatakan kepada rekannya dari Libya bahwa MI6 memiliki sejumlah pertanyaan yang ingin diajukan ke Belhaj.

Perwira ini juga mengatakan kepada warga Libya tentang lokasi pemimpin LIFG kedua, Sami al-Saadi, yang juga diculik dan diserahkan ke Tripoli akhir bulan itu, bersama dengan istri dan keempat anaknya yang berusia enam sampai 12 tahun.

Pengacara pemerintah belum memperdebatkan keaslian dokumen baru tersebut meski telah muncul beberapa minggu yang lalu.

Saadi menyelesaikan tuntutannya melawan pemerintah Inggris pada tahun 2012 setelah menerima 2.2 juta poundterling dalam penyelesaian di luar pengadilan.

Belhaj dan istrinya sekarang menuntut Allen, MI6 dan Jack Straw, yang adalah sekretaris luar negeri saat itu. Pengadilan tinggi mendengar pada hari Senin bahwa kasus tersebut tidak mungkin sampai pada persidangan penuh sebelum tahun depan.

"Bukti baru kami menimbulkan pertanyaan tentang berapa banyak yang tidak tahu rencana untuk menculik klien saya. Apakah Gaddafi meminta Blair untuk membantunya membidik pembangkang?" kata pngacara Belhaj, Cori Crider dari badan hukum amal Reprieve.

Pengacara Belhaj juga mencoba untuk menantang keputusan jaksa penuntut untuk tidak mengajukan tuntutan pidana terhadap Allen. [mel]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya