Brigjen Johny Latupeirissa/Net
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) yang dirilis tahun lalu, jumlah pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai lebih dari lima juta orang. Jakarta sebagai ibuÂkota negara menyumbang 600 ribu sampai 1,2 juta pengguna narkoba.
Jakarta masih menjadi surÂga bagi para bandar narkoba. Sebenarnya berapa banyak sih kawasan di Jakarta yang diduga menjadi lumbung narkotika? Benarkah tempat hiburan menÂjadi lokasi potensial bagi bandar narkotika untuk memasarkan dagangannya?
Berikut penjelasan Brigjen Johny Latupeirissa, Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi DKIJakarta
Saat ini jumlah pengguna narkotika yang ada di Jakarta sudah menembus angka berapa? Angkanya cukup mengeÂjutkan, berdasarkan data dari lembaga peneliti, sekitar 300- 600 ribu orang pengguna. Hal ini mencakup semuanya, baik penduduk asli Jakarta maupun pendatang ke Jakarta.
Kabarnya di Jakarta ada beberapa tempat yang diseÂbut-sebut menjadi lumbung narkotika. Benar begitu? Tercatat 113 kawasan yang menjadi tempat peredaran narkoba di Jakarta. Kawasan ini berkontribusi kepada usaha-usaha tempat hiburan malam. Jadi, orang pakai di situ di kampung narkoba, kemudian dia besarnya di tempat hiburan malam. Kawasan-kawasan iniÂlah yang diawasi oleh kami sepanjang tahun 2017 lalu. Beberapa di antaranya, telah digerebek dan para kurirnya diproses hukum.
Secara spesifik, kawasan mana saja yang termasuk dalam 113 daerah itu? Kalau saya sebut kawasannya nanti saya bisa ditelpon lurah di sana. Tapi ada nama-nama kaÂwasan seperti Kampung Ambon, Kampung Boncos, Pasar Baru, dan lain-lain.
Isunya di antara 113 kawasan itu terdapat kawasan yang begitu ketat dijaga oleh penduduknya? Memang sebagian daerah di kawasan itu sangat berbahaya, karena peredarannya dilindungi oleh warga permukiman tersebut. Coba-coba saja kalau kalian masuk ke situ, orang anggota saja masuk ke sana diteriakin maling, menceburkan ke sungai.
Tempat hiburan malam Jakarta yang paling rentan disusupi bandar narkotika. Tepatnya di mana saja itu? Sejauh ini yang kami lihat tempat yang paling potensial menjadi lokasi peredaran narkoÂba yang melanda Jakarta, tempat hiburan malam. Dari tempat hiburan malam itu ada tiga kategori. Pertama tempat hiburan malam murni bisnis, kedua temÂpat hiburan malam bisnis dengan memanfaatkan narkoba, dan keÂtiga tempat hiburan malam yang berbisnis dengan mamanfaatkan narkoba.
Perbedaan dari tiga kategori tempat hiburan tersebut apa? Tempat hiburan malam yang jenis ketiga itu seperti yang memproduksi narkoba jenis cair yang berhasil diamankan beberapa hari lalu.
Adakah imbauan dari lemÂbaga Anda untuk tempat hiburan malam? Saya menuntut kepada para pengusaha hiburan malam agar mensosialisasikan bahaya peÂnyalahgunaan narkoba kepada para karyawan dan pengunjung. Sebenarnya mudah untuk melakuÂkan hal ini, undang saja kami sebagai penyuluhan. Kami akan datangi dan berikan penyuluhan kepada para karyawan. Saya berÂharap juga rekan-rekan sekalian membuat imbauan tulisan, spanÂduk, termasuk screening yang ada di tempat hiburannya.
Perlu tidak pengamanan ketat dari pihak internal agar tempat hiburan malam tidak disusupi narkoba? Ini juga jadi permintaan kami bagi para pengusaha hiburan malam. Para pengusaha hiburan malam bisa membentuk relawan anti narkoba di masing-masing lokasi. Nanti mereka yang akan mengingatkan. Kalau ada tamu yang datang, gedek-gedek di situ diingatkan. ‘Pak, tolong jangan gedek-gedek di sini. Kalau perlu tegas saja, langsung suruh keluar.
Kabarnya pada tahun lalu ada tempat hiburan malam yang meminta BNN untuk melakukan tes urine bagi para karyawannya untuk memastiÂkan karyawannya bersih dari narkoba? Iya memang itu terjadi pada tahun 2017. Ketika itu kami bersyukur sekali ada satu tempat hiburan malam yang bersurat ke kami. 'Pak, kami mau memastikan karyawan kami bersih dari narkoba.' Lalu tempat karaoke dia kami lakukan tes urine di sana.
Prinsip kami harus memastiÂkan dengan melakukan tes urine kepada karyawan tempat hiburan malam. Contoh yang saya sebutÂkan dilakukan oleh tempat-tempat hiburan malam lainnya yang ada di Jakarta. Apalagi pada tahun 2030 kami bakal masuk bonus demografi. Penduduk Indonesia yang potensial lebih banyak yang sudah tua.
Manakala generasi muda Indonesia yang jadi bonus suÂdah diracuni narkoba. Kita seÂmua jangan pernah bermimpi Indonesia di 2045, kita semua akan hancur.
BNN Jakarta sendirinya maunya Jakarta ini seperti apa nantinya? Intinya kami minta kepada para pelaku usaha agar murni menjalankan bisnis hiburan. Jangan lakukan pembiaran jika ada praktik jual beli narkoba maupun penggunaan narkoba.
Dari razia yang pernah diÂlakukan BNN, narkoba jenis apa yang paling masif dijual-belikan di Jakarta? Paling banyak diedarkan sabu, ekstasi, dan ganja. Nah, ganja ini terbanyak penggunanya di kalangan pelajar, mahasiswa, dan pekerja.
Dari jenis-jenis narkoba tersebut, jenis apa yang paling mahal? Semua jenis narkoba itu terbiÂlang mahal di Indonesia. Namun sabu-sabu menjadi jenis narkoba yang paling mahal di antara yang lain. Saya kasih contoh sabu itu di Indonesia satu gramnya saja sudah Rp 1,5 juta sampai Rp2 juta. Di Cina kurang lebih cuma Rp100 ribu. ***