PDI Perjuangan tidak takut dengan semangat lawan politiknya yang ingin mematahkan mitos Jawa Tengah sebagai Kandang Banteng. PDI Perjuangan bertekad membawa jagoannya, Ganjar Pranowo, menjadi Gubernur Jawa Tengah untuk dua periode.
"Dengan melihat soliditas kita ini akan menjadi kekuatan gerak untuk menjaga agar Ganjar satu periode lagi sebagai Gubernur dan wakilnya Gus Yasin," kata Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto saat membuka Rakerdasus PDIPerjuangan Jawa Tengah di Semarang (14/2).
Apalagi, kata Hasto, PDI Perjuangan bergotong royong bersama PPP, Golkar, Partai NasDem, dan Partai Demokrat. Dengan mengusung Taj Yasin Maemoen sebagai calon Wakil Gubernur Jateng, PDI Perjuangan juga sudah membuktikan diri sebagai partai yang tidak berjarak dengan kekuatan Islam.
"Isu politik yang mengatakan kita jaga jarak dengan Islam sama sekali tidak terbukti. Itu adalah upaya politik mendiskreditkan PDI Perjuangan. Kita tidak boleh diam," ujar Hasto menegaskan.
Menurut Hasto, PDI-Perjuangan memiliki akar sejarah yang kuat dengan Islam. Saat menjabat sebagai presiden, Megawati Soekarnoputri menolak aksi sepihak serangan terhadap Irak.
"Beliau melihat akar terorisme adalah ketidakadilan masalah Palestina. Ibu Justru dengan lantang mengatakan akar terorisme adalah ketidakadilan terhadap Palestina dan kita memberikan dukungan sepenuhnya kepada kemerdekaan Palestina," tegas Hasto.
Menurut Hasto, perjuangan kemerdekaan Palestina bahkan sudah dilakukan Indonesia sejak zaman Presiden Soekarno. Bung Karno merupakan presiden yang berjuang mendidik bangsa Palestina agar merdeka.
"Bung Karno begitu dekat dengan keseluruhan tradisi keislamaan dan memahami apa itu Islam rahmatan lil alamin. Karena Bung Karno sejak kecil belajar dengan KH Ahmad Dahlan, HOS Tjokroaminoto, dan bersahabat baik dengan Kyai Wahid Hasyim dan Kyai Wahab Hasbullah. Islam adalah jalan peradaban untuk membangun Indonesia Raya," tutur Hasto.
Bung Karno juga, kata Hasto, yang memperkenalkan kebudayaan Islam di negara-negara Barat. Menurut Hasto, tanpa Bung Karno, Uni Soviet yang dikenal sebagai negara komunis tidak akan memelihara makam Imam Bukhari dan mendirikan Masjid Biru.
"Tanpa Bung Karno tidak ditemukan makam Imam Bukhari. Tanpa Bung Karno tidak ada masjid biru di negara komunis Uni Soviet," jelas Hasto.
Dengan memiliki hubungan Islam yang begitu kokoh dalam sejarah nasional, PDI Perjuangan menilai saat ini ada kekuatan yang berupaya memecah belah keberagaman di Indonesia. Menurut Hasto, Ganjar-Gus Yasin bakal menjadi satu kesatuan tentang kepemimpinan yang menjadi simbol kebhinekaan.
"Di Jateng Mas Ganjar dan Gus Yasin merupakan satu kesatuan kepemimpinan yang berdedikasi bagi rakyat," ujar Hasto.
[wid]