Berita

Net

Nusantara

Kementan Pastikan Harga Ayam Di Pedagang Stabil

SELASA, 13 FEBRUARI 2018 | 05:41 WIB | LAPORAN:

Kementerian Pertanian memastikan harga ayam di tingkat peternak saat ini stabil, sehingga tidak mungkin ada kenaikan harga yang tidak wajar. Menyusul adanya isu kenaikan harga ayam potong di pasaran hingga menembus Rp 60 ribu.

"Ini tentunya sangat berbahaya jika belum tentu kebenarannya atau tanpa penjelasan yang lengkap. Misalnya dijelaskan harga dijual dalam satuan apakah kilogram atau ekor," kata Direktur Pengolahan dan Pemasaran Peternakan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Fini Murfiani kepada redaksi, Selasa (13/2).

Menurut Fini, pihaknya khawatir isu tersebut memunculkan spekulan yang mempermainkan harga yang akan berdampak kepada masyarakat konsumen.


Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Peternakan juga telah menurunkan tim yang terdiri Analis Pemasaran Hasil Peternakan (APHP) dan PIP (Petugas Informasi Pasar) untuk melakukan pengecekan langsung ke Pasar Ciracas, Jakarta yang memiliki 26 los pedagang karkas daging ayam broiler. Pengecekan dilakukan untuk memastikan harga jual ayam di tingkat pedagang.

"Kami langsung turunkan tim ke lapangan untuk memantau kebenaran informasi tersebut untuk mengetahui apa yang terjadi di lapangan. Hal ini mengingat harga ayam hidup di kandang saat ini masih stabil," jelas Fini.

Berdasarkan penelusuran diperoleh informasi bahwa harga penjualan ayam dilakukan sesuai ukuran/bobot karkas daging ayam. Bobot karkas daging ayam dengan ukuran 1 kilogram dijual seharga Rp 37 ribu, ayam dengan ukuran 1,5 kilogram sebesar Rp 40 ribu per ekor, untuk ayam dengan ukuran 1,6 kilogram harga yang ditawarkan sebesar Rp 42 ribu per ekor, dan untuk ukuran 1 kilogram Rp 37 ribu per ekor.

Pedagang lain ada yang menjual karkas daging ayam dengan ukuran 1,2 kilogram seharga Rp 40 ribu per ekor dan karkas ayam dengan ukuran 1,5 kilogram dijual Rp 43 ribu per ekor. Ayam dipasok dari agen pedagang di Cipayung yang mengambil ayam dari kandang peternak, kemudian ayam dibagikan ke pedagang pasar dengan marjin yang diambil oleh pedagang pengumpul ke pedagang pasar sekitar Rp 5.000 per ekor.

Menurut Fini, kebanyakan pedagang membeli ayam dari pedagang pengumpul untuk ukuran besar di atas 2 kilogram yaitu sebesar Rp 23 ribu per ekor ayam hidup. Untuk ukuran sedang dan kecil yaitu 1-1,5 kilogram harga jual di pedagang pengumpul Rp 25 ribu per ekor.

"Ukuran kecil lebih mahal karena konsumen rumah tangga yang membeli di pasar lebih banyak membeli yang sedang atau kecil, sedangkan ukuran besar biasanya dijual untuk katering dan rumah makan," terangnya.

Harga jual di pedagang pengumpul belum termasuk ongkos potong hingga jadi bersih tanpa bulu dan jeroan di pasar yang mencapai per ekornya sebesar Rp 1000-1.500.

"Ongkos potong ini biasanya dibebankan ke pedagang pengecer ayam," ucap Fini.  

Rata-rata susut ayam hidup setelah dipotong tanpa bulu dan jeroan sebesar 0,5 kilogram, namun jeroan yang ada merupakan keuntungan bagi pedagang karena dapat dijual kembali.

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Singgih Januratmoko menambahkan, kabar naiknya harga ayam hingga menembus Rp 60 ribu per ekor masih belum terlalu jelas untuk ukuran besar atau kecil.

"Kalau yang besar ukurannya dua kilogram per ekor mungkin benar harga di pasar mencapai Rp 60 ribu per ekor, sehingga per kilogramnya hanya Rp 30 ribu," katanya.

Menurut Singgih, berdasarkan pengecekan ke beberapa anggota Pinsar yang menjual karkas dan filet, harga karkas masih di kisaran Rp 35 ribu dan untuk filet sebesar Rp 50 ribu. Sementara untuk harga di supermarket masih berkisar di Rp 35-40 ribu dan di pasar tradisional Rp 36-38 ribu. Harga ayam di kandang sendiri masih sebesar Rp 17 ribu sampai Rp 19 ribu  per kilogram hidup.

"Jadi secara hitungan harga di pasar, maksimal seharusnya sebesar Rp 32 ribu sampai Rp 34 ribu per kilogram," tegasnya. [wah]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya