Berita

Nila F. Moeloek/Net

Wawancara

WAWANCARA

Nila F. Moeloek: Kementan & Kemendagri Kita Libatkan, Masa Gizi Buruk Kita Kasih Biskuit Terus

SELASA, 30 JANUARI 2018 | 10:50 WIB

  Menteri Nila mengatakan, masalah gizi buruk di Papua san­gat kompleks, salah satunya soal ketahanan pangan. Daerah Papua tergolong gersang sehingga tana­man sulit tumbuh. Untuk itu dia meminta agar ada koordinasi antar Kementerian dan Lembaga untuk menangani kejadian luar biasa di Asmat, Papua. Berikut penuturan Menkes, Nila F. Moeloek selengkapnya :

Apa saja penyebab ter­jadinya kejadian luar biasa di Asmat?
Salah satunya yang menjadi masalah bagaimana ketahanan pangannya? Ini sudah kita sam­paikan kepada pihak terkait. Itu salah satu penyebab terjadniya gizi buruk dan campak di Papua.

Ketahanan pangan di daerah tersebut masih rendah, sehingga banyak warga yang tidak menda­patkan makanan yang layak. Untuk mengatasi masalah gizi buruk, kita memberikan bantuan obat-obatan, pangan, vitamin dan lainnya, meski daerah Papua sulit dijangkau. Untuk mengirimkan bantuan tersebut, Kemenkes (Kementerian Kesehatan) sudah berkoordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan setempat.

Ketahanan pangan di daerah tersebut masih rendah, sehingga banyak warga yang tidak menda­patkan makanan yang layak. Untuk mengatasi masalah gizi buruk, kita memberikan bantuan obat-obatan, pangan, vitamin dan lainnya, meski daerah Papua sulit dijangkau. Untuk mengirimkan bantuan tersebut, Kemenkes (Kementerian Kesehatan) sudah berkoordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan setempat.

Anda sudah mengunjungi langsung, apa yang menjadi kendalanya?

Kondisi geografis menuju Agats dilalui dengan perjalanan tak mudah. Saya akui geografisnya, tantangan kita. Geografisnya, Pak Mensos (Idrus Marham) sudah ke sana, saya juga ke sana. Kami me­lihat betul apa yang kami lakukan. Perjalan tidak mudah.

Langkah ke depannya ba­gaimana?

Kami sudah bicara antara KSP (Kantor Staf Kepresidenan) dan seluruh kementerian terkait, bi­cara langkah yang sudah matang untuk dilaporkan ke Presiden.

Apa saja itu?
Pertama, kita mengirim tenaga kesehatan termasuk lingkungan. Karena tadi dikatakan, air juga masalah, maka kesling (kesehatan lingkungan) kami akan mencoba dengan penjernihan air. Saya sudah kontak Pak Jonan, katanya dia punya bor air dan BBM.

Jadi mana yang bisa dikerja­kan dalam keadaan emergency, mari kita kerjakan. Tenaga kes­ehatan kita buat per 10 hari. Ini sudah (gelombang) yang kedua. Mereka kami kirim, namun memang rumah sakit di sana terbatas ya, tapi kita tetap harus kerjakan.

Terus?

Waktu kami pergi ke Agast, kami juga pergi ke Timika, rumah sakit umumnya bagus dan dok­ternya sudah banyak, harusnya mereka juga bergerak ke Agast ini. Namun sepertinya mereka hanya berharap dari pusat, ini yang terjadi, banyak kendala-kendala dan masalah yang me­mang harus kita selesaikan.

Saran Anda?

Untuk itu, saya berharap dokter-dokter yang berada di Timika Papua untuk ikut turun ke Kabupaten Asmat menangani penyakit campak dan gizi buruk. Memang kendala penanggulangan kejadian luar biasa Asmat yaitu kondisi geografis di lokasi yang memang tidak mudah dijangkau, terbatasnya ketersediaan rumah sakit dan tenaga medis. Saya setuju ya kita harus datang ke sana, tapi ini cost-nya tidak murah ya.

Kami dari Agast lalu ke Timika mengumpulkan kepada di­nas, yang hadir 10 orang, kami menyisir daerah yang memang berpotensi yang kita takutkan, tapi katanya Insya Allah lebih baik. Jadi malam itu kita lang­sung bertemu dengan kepala dinas, dan apa saja yang akan dilakukan satu demi satu dan ini akan kami lakukan.

Maksudnya akan melaku­kan apa?
Pertama imunisasi, kemudian pemberian makanan tambahan untuk pemulihan tetapi nanti kami akan ada ketahanan pangan dan sebagainya. Tetapi langkah terse­but sudah ada dari Kemenkes.

Indikasi penilaiannya?
Kita sisir daerah yang imunisas­inya rendah, gizi buruk, itu yang kita kumpulkan kepala dinasnya, apakah faktanya seperti itu.

Selain itu?
Ya di samping itu harus paralel juga, ketahanan pangannya bagaimana, kita harus bicara­kan juga dengan Kementerian Pertanian (Kementan), masa kita kasih biskuit terus. Kita juga meminta kepada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk melakukan pendampin­gan kepada pemerintah daer­ah dan masyarakat setempat. Pendampingan diperlukan agar masyarakat dan pemerintah daerah mengerti tentang men­gonsumi obat, vitamin dan susu yang baik dan benar. ***

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Pernyataan Ferry Irwandi Sangat Tidak Etis dan Berbahaya

Minggu, 07 Desember 2025 | 23:55

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Gunting Pita Cegah Bencana

Minggu, 30 November 2025 | 03:18

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Dinas LH Harus Bertanggung Jawab Buntut Sopir Truk Meninggal Kelelahan

Senin, 08 Desember 2025 | 14:12

Taiwan dan Omega Taiyo Bersinergi Perkuat Manufaktur Cerdas Indonesia

Senin, 08 Desember 2025 | 14:12

Prabowo Tambah Anggaran Bencana Provinsi Rp20 M dan Kabupaten Rp4 M

Senin, 08 Desember 2025 | 13:57

KPK Ngaku Miliki Kajian soal Dugaan Illegal Logging di Sumatera

Senin, 08 Desember 2025 | 13:56

Menyingkap Sisi Politik di Balik Kenaikan Harga Beras

Senin, 08 Desember 2025 | 13:45

Cek Tanggul

Senin, 08 Desember 2025 | 13:38

PKB Seleksi Calon Ketua DPW Lewat Tes Berlapis

Senin, 08 Desember 2025 | 13:30

100 Musisi Gelar Konser Amal untuk Sumatera

Senin, 08 Desember 2025 | 13:28

KPK Digugat Gegara Bobby Nasution

Senin, 08 Desember 2025 | 13:23

VinFast Gelontorkan Rp8,3 Triliun Bangun Pabrik Baru

Senin, 08 Desember 2025 | 13:22

Selengkapnya