Berita

Adrianus Meliala/Net

Wawancara

WAWANCARA

Adrianus Meliala: Gubernur DKI Memang Bisa Mengeluarkan Diskresi, Tapi Soal Trotoar Ada Aturannya

KAMIS, 18 JANUARI 2018 | 11:01 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Adrianus kemarin memantau kondisi Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Satu sisi ruas jalan itu telah dijadikan sebagai lapak pedagang kaki lima (PKL) oleh Pemprov DKI. Lantas apa saja hasil blusukan Ombudsman tersebut? Berikut penuturan lengkapn Adrianus Meliala;

Apa hasil blusukan dari Tanah Abang kemarin?

Dari omongan-omongan kami dengan pedagang maupun pem­beli yang sempat kami lihat, kelihatannya ada pembeli yang merasa untung dan penjual merasa untung. Di mana penjual merasa omzet mereka meningkat dibandingkan mereka berjualan di dalam, demikian dari segi pembeli merasa lebih dekat kar­ena bisa singgah saat sebelum naik kereta dan seterusnya jadi dari segi sosiologis dan ekono­misnya ternyata positif.

Berarti Ombudsman men­dukung kebijakan ini?

Berarti Ombudsman men­dukung kebijakan ini?
Tidak, karena ada ketentuan administratif yang dilanggar, ada beberapa regulasi yang ditabrak, sehingga kemudian perlu ada sesuatu, apakah itu amande­men, apakah itu diskresi. Jadi jangan kemudian dianggap se­bagai sesuatu yang benar dengan sendirinya.

Aturan apa saja yang dil­anggar?

Ada undang-undang tentang jalan, tentang lalu lintas jalan, perda tentang pedestrian tata ruang, perda tentang ketertiban umum. Ada 4 sampai 5 aturanlah yang dilanggar ditambah tentang trotoar. Ini yang eksisting dan seyogyanya di invers oleh pe­merintah sendiri.

Harusnya bagaimana?
Pemprov DKI Jakarta seharusnya bisa memberlakukan fungsi jalan sebagaimana mes­tinya. Jangan kemudian fungsi jalan yang ada diubah secara per­manen. Pada dasarnya yang ter­dapat beberapa undang-undang dan perda yang harus dipatuhi.

Kalau Pemprov DKI sudah biasa atau membiasakan diri menabrak aturan, bagaimana ke depannya? Kalau perda atau undang-undang sudah biasa ditabrak, nanti mungkin bukan hanya di Tanah Abang, tetapi juga pada yang lain. Pemprov DKI bisa dituntut lho karena dianggap melanggar aturan. Ada sanksi administratif dan pidana atas pelanggaran aturan.

Meski melanggar, kebijakan ini kan diakui masyarakat berdampak positif?
Memang ada dampak positif dari aspek sosiologis. Tetapi pe­langgaran sejumlah aturan terse­but juga tidak bisa diabaikan. Apalagi sudah ada ekspektasi besar dari pedagang dan pembeli untuk bisa tetap berjualan di sana. Bayangkan kalau suatu ketika Pemprov DKI ngusir mereka. Saya kira akan ada perlawanan kuat. Ini yang kemudian men­imbulkan semacam bom waktu. Kalau memang ada beberapa opsi, kenapa mereka memberikan pendekatan ini yang menimbul­kan bom waktu.

Lalu apa yang dilakukan Ombudsman selanjutnya?

Kami akan mengadakan pertemuan dengan PKL dan pedagang di Blok A dan Blok G Tanah Abang, untuk keperluan kajian yang mendasari reko­mendasi kami kepada Pemprov DKI Jakarta.

Sebetulnya kemarin sudah ada beberapa petugas kami yang juga ikut blusukan ke dalam. Kami bagi-bagi tugas. Setelah mendapat hasil dari kajian tersebut, saya berharap gubernur bisa memberikan saran atau rekomendasi yang final dan mengikat.

Belum ada rencana me­nemui Pemprov DKI guna membahas masalah ini?
Tentunya ada. Kami juga akan segera mengatur per­temuan dengan mereka untuk membicarakan ini. Semoga dalam waktu dekat ini, kami bisa bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, guna menyampaikan perso­alan mengenai penataan Tanah Abang. Sebab, menurut kami penyelesaiannya akan kembali ke bapak gubernur dan wakil gubernur sebagai yang memiliki ide tersebut.

Apakah ada masukan terkait masalah ini?
Apabila Pemprov DKI merasa bahwa keputusan memindahkan PKL ke Jalan Jatibaru sudah te­pat, dan ingin diterapkan dalam jangka panjang, saya menyarankan agar Pemprov DKI melobi DPRD DKI Jakarta dan anggota DPR untuk mengubah perda serta undang-undang.

Sementara Gubernur DKI Jakarta memang bisa menge­luarkan diskresi, untuk mem­perbolehkan PKL berjualan di Jalan Jatibaru. Tapi masalahnya apakah hal ini bersifat tertentu, terbatas, dan sementara waktu? Rasanya ini proyek jangka pan­jang nih.

PKL-nya juga enggak dikasih tahu berapa lama mereka di sini, tetapi kok rasanya ini sudah keluar dari teori diskresi ya. ***

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Pernyataan Ferry Irwandi Sangat Tidak Etis dan Berbahaya

Minggu, 07 Desember 2025 | 23:55

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Gunting Pita Cegah Bencana

Minggu, 30 November 2025 | 03:18

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Dinas LH Harus Bertanggung Jawab Buntut Sopir Truk Meninggal Kelelahan

Senin, 08 Desember 2025 | 14:12

Taiwan dan Omega Taiyo Bersinergi Perkuat Manufaktur Cerdas Indonesia

Senin, 08 Desember 2025 | 14:12

Prabowo Tambah Anggaran Bencana Provinsi Rp20 M dan Kabupaten Rp4 M

Senin, 08 Desember 2025 | 13:57

KPK Ngaku Miliki Kajian soal Dugaan Illegal Logging di Sumatera

Senin, 08 Desember 2025 | 13:56

Menyingkap Sisi Politik di Balik Kenaikan Harga Beras

Senin, 08 Desember 2025 | 13:45

Cek Tanggul

Senin, 08 Desember 2025 | 13:38

PKB Seleksi Calon Ketua DPW Lewat Tes Berlapis

Senin, 08 Desember 2025 | 13:30

100 Musisi Gelar Konser Amal untuk Sumatera

Senin, 08 Desember 2025 | 13:28

KPK Digugat Gegara Bobby Nasution

Senin, 08 Desember 2025 | 13:23

VinFast Gelontorkan Rp8,3 Triliun Bangun Pabrik Baru

Senin, 08 Desember 2025 | 13:22

Selengkapnya