Berita

Pertumbuhan Ekonomi/net

Bisnis

Pertumbuhan Ekonomi Hingga Tahun 2019 Tidak Akan Jauh Dari 5 Persen

SELASA, 02 JANUARI 2018 | 02:04 WIB | LAPORAN:

Kemiskinan membuat kaum miskin tidak punya akses terhadap sumber daya, menyekolahkan anaknya dan tidak punya peluang juga untuk berinvestasi.

"Akibatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia per kapita jadi makin lambat," kata pengamat kebijakan publik, Syafril Sjofyan kepada redaksi, Senin (1/1).

Menurut Syafril, berdasarkan data empiris, kaum kaya di negara miskin tidak mau menabung dan berinvestasi atau menyimpan dana di negara mereka sendiri.


"Adapun kaum miskin memiliki standar hidup seperti kesehatan, gizi dan pendidikan yang rendah sehingga menurunkan tingkat produktivitas," ungkap Syafril.

Syafril menjelaskan, peningkatan pendapatan kaum miskin akan mendorong kenaikan permintaan produk lokal, sementara golongan kaya cenderung mengkonsumsi barang impor.

"Existing kondisi pertumbuhan ekonomi saat ini, sejak tahun 2015, 2016 hingga 2017, stagnan di angka 5 persen, alias tidak bergerak sama sekali," kata Syafril.

Permasalahan kemiskinan dan pengangguran, kata Syafril, hanya bisa diatasi jika terjadi lonjatan pertumbuhan dua digit. Era pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (JK) pertumbuhan ditarget 7,5 persen.

"Dalam tahun 2018 juga tidak akan terpenuhi, perkiraan BI 2018 5,3 persen, dipastikan ditahun 2019 tidak akan jauh dari 5 persen," tambah Syafril.

Menurut hemat Syafril, pertumbuhan ekonomi yang cepat dan pengurangan kemiskinan sebagai solusi kesejahteraan bangsa harus dilaksanakan secara simultan oleh pemimpin yang paham dan punya solusi.

"Tidaklah mungkin oleh militer, ahli hukum, politikus, polisi, kiyai, pengusaha ataupun tukang kayu sekalipun," kata Syafril

Untuk itu, demi melakukan loncatan pertumbuhan ekonomi harus dengan konsep kemandirian, tanpa hutang.

"Tahun ini hampir 1/3 APBN untuk bayar hutang," kata Syafril.

Syafril berharap, pemimpin kedepan harus mampu untuk melakukan loncatan pertumbuhan ekonomi mengejar Malaysia dan Korea Selatan, serta negara maju lainnya.

"Yang paling utama adalah seorang pejuang atau pergerakan, ahli atau begawan ekonomi yang punya integritas dan tegas serta punya keberpihakan yang jelas terhadap rakyat miskin," demikian Syafril. [san]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya