Linda Wenzel/The Guardian
Seorang remaja wanita asal Jerman membagikan kisahnya ketika "terperangkap" untuk bergabung dengan kelompok militan ISIS.
Remaja tersebut bernama Linda Wenzel dan kini berusia 17 tahun. Saat ini ia mendekam di sebuah penjara di di Irak sambil menunggu persidangan di baghdad bulan depan.
Dalam wabuah wawancara dengan media Jerman baru-baru ini, seperti dimuat ulang The Guardian, gadis belia itu menceritakan penyesalannya. Linda yang berasal dari Pulsnitz di Saxony, bergabung dengan ISIS pada usia 15 tahun.
Dia sebenarnya adalah anak yang berprestasi di sekolah. Ia bahkan merupakan siswa terbaik ketiga di kelasnya. Namun dia mengaku tidak senang di sekolah.
Suatu hari dia pun berkenalan dengan seseorang di media sosial Facebook, yang ternyata adalah bagian dari militan ISIS. Linda pun membangun hubungan persahabatan secara online dengan pria tersebut. Hubungan terjalin baik dan Linda pun menurut ketika diminta pindah agama.
Linda pun didoktrin mengenai kehidupan bersama ISIS yang digambarkan membahagiakan. Melalui komunikasi online, Linda diperlihatkan video-video di mana pria dan istri serta anak-anak mereka berkelana bersama melalui taman dan mereka memanggang roti bersama.
Tergoda dengan bujuk rayu dan iming-iming pria ISIS itu, Linda pun nekad melakukan perjalanan ke Irak melalui Turki dan Suriah. Dia tidak berpamitan ke orang tuanya dan hanya mengatakan keluar sebentar untuk kembali.
Namun kenyataan berbeda setelah dia tiba di Irak. Dia justru dikelilingi oleh pertempuran, dihantui oleh jet dan pesawat terbang yang terbang di atas rumah. Di Irak dia menikah dengan salah satu pejuang ISIS.
Akan tetapi Linda terpaksa berbagi tempat dengan wanita lain di Mosul, dan bahkan terpaksa membawa bayi yang meninggal.
Setelah bertahan hidup di tengah lingkungan ISIS, Linda ditangkap awal tahun ini oleh pasukan khusus di Mosul dalam keadaan kotor, linglung dan rambutnya penuh debu.
Setelah diketahui identitasnya, Linda akhirnya dipertemukan dengan ibu dan saudara perempuannya di Irak. Dalam pertemuan emosional itu Linda mengaku khilaf dan bodoh.
Sumber Jerman mengatakan mereka ingin melihat remaja tersebut kembali ke Jerman namun saat ini tidak ada kesepakatan ekstradisi antara kedua negara.
Pada bulan September, perdana menteri Irak, Haider al-Abadi, mengatakan bahwa Linda mungkin menghadapi hukuman mati, namun hal itu akan tergantung pada tuduhan yang diajukan terhadap dia oleh pengadilan Irak.
Tidak ada bukti Linda terlibat dalam kekerasan apapun. Tampaknya dia kebanyakan dipaksa untuk melakukan tugas rumah tangga sebagai pelayan untuk suaminya yang meninggal dalam pertempuran lima bulan setelah mereka menikah.
[mel]