Kenapa generasi "kids jaman now" terkesan kurang peduli terhadap sejarah negeri sendiri, termasuk terhadap mata pelajaran sejarah di sekolah, bahkan terkesan seperti alergi terhadap sejarah?
Pertanyaan ini mengemuka dalam Peringatan Ke 60 Tahun Seminar Sejarah Nasional di Universitas Gajah Mada, Jogjakarta, pagi tadi, Jumat (15/12).
Dalam acara yang dihadiri para sejarawan dari berbagai universitas di Indonesia itu, teridentifikasi bahwa setidaknya adanya empat penyebab kurangnya minat siswa terhadap pelajaran sejarah di sekolah.
Pertama, karena sering berubahnya kurikulum sejarah. Kedua, pengajar sejarah membosankan dan kurang imajinasi karena umumnya bukan merupakan alumni jurusan sejarah. Ketiga, lemah dalam teori. Keempat, penerapan pelajaran sejarah sering sangat tergantung kepada siapa yang sedang berkuasa.
Menurut sejarawan dari Universitas Jember, Jawa Timur, Nurul Umammah Phd, visi utama belajar sejarah adalah untuk memecahkan masalah masa kini melalui rekonstruksi peristiwa masa lalu guna merencanakan masa depan yang lebih baik.
Dengan demikian belajar sejarah harus mampu mengakomodir rasa ingin tau peserta didik terkait dengan pemecahan masalah hidup mereka di masa depan.
Dikatakan, generasi kids jaman now disebut juga Generasi Z, mereka umumnya lahir di atas tahun 2000, ciri utama mereka adalah sangat tergantung tekhnologi.
"Ambisius, tapi tidak mau berhadapan dengan hal-hal sulit. Gampang menyerah. Inilah kecenderungan-kecenderungan yang harus dihadapi oleh para pengajar sejarah, dimana mereka harus terus meng-up grade kompetensi,’’ papar Nurul Umammah. [***]