Industri pengolahan sabut kelapa dalam negeri perlu dikembangkan secara maksimal.
Asosiasi Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) menilai produksi sabut kelapa memerlukan banyak pengembangan untuk memperluas pasar ekspor.
Untuk mendorong potensi bisnis tersebut Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersama AISKI dan Koperasi Mitra Malabar telah menandatangani nota kesepahaman peningkatan kerja sama perdagangan, investasi, pembiayaan dan teknologi.
"Kerja sama ini termasuk di dalamnya meliputi pertukaran informasi dan kontak bisnis untuk memperluas jaringan bisnis sabut kelapa," ujar Ketua Kadin Eddy Ganefo di kantor pusat Kadin, Menteng Jakarta Pusat, belum lama ini.
Dia menilai potensi devisa sabut kelapa nasional cukup besar diperkirakan mencapai Rp 13 triliun.
“Permintaan sabut kelapa dari berbagai importir beberapa negara sangat banyak dan belum dapat dipenuhi semuanya, karena kendala hasil produksi yang belum maksimal. Selain itu untuk beberapa wilayah di Indonesia, masih terkendala dengan sarana pelabuhan eksport yang belum mendukung, sehingga belum efisiensi didalam penjualan,†kata Eddy.
Dia juga menginginkan program kerjasama ini bisa mewujudkan terciptanya satu juta pengusaha baru dan meningkatkan pengusaha lama lebih baik dan modern agar dapat bersaing terutama dengan pelaku usaha dari luar negeri.
Untuk itu, Eddy berharap kerja sama ini bisa meningkatkan nilai tambah terutama bagi pelaku usaha sabut kelapa sebagaimana misi program Kadin dalam Kadin Wiranusa atau Kadin Wirausaha Nusantara.
"Kami berharap MoU ini akan meningkatkan hubungan dan kerja sama di antara kami ke depannya, sehingga permasalahan dan kendalanya bisa diatasi untuk mengakselerasi peluang bagi pelaku usaha sabut kelapa kedepannya," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana program Kadin Wiranusa, Tedy Aliudin yang juga Ketua Badan Pengembangan Usaha Kadin Indonesia, menyatakan optimis program Wiranusa dapat terlaksana dengan baik. Di awal daerah Pangandaraan menjadi pilot proyek usaha sabut kelapa.
"Melalui pilot proyek usaha sabut kelapa di Pangandaran diharapkan dapat diresmikan dalam waktu dekat, karena segera menyusul beberapa Kampung Wiranusa lainnya yang telah dirintis," ujarnya.
Pilot Projek usaha sabut kelapa di Pangandaran, kata Tedy akan menjadi ikon program kadin dalam menciptakan usaha, lapangan pekerjaan, produk eksport dan bahan baku yang sebelumnya merupakan limbah.
"Sri Langka merupakan negara yang pendapatan devisanya 30 persen berasal dari eksport sabut kelapa. Kedepan, sabut kelapa harus menjadi penyumbang devisa yang cukup besar untuk Indonesia. Apalagi, satu perangkat mesin sabut kelapa bisa menyerap lebih kurang 100 tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran serta meningkatkan kesejahteraan rakyat," pungkasnya.
[wid]