PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mengklaim progres pembangunan pabrik baja lembaran panas atau hot strip mill (HSM) kedua mereka yang dibangun sejak Agustus 2016 telah mencapai 25 persen.
Perusahaan baja pelat merah tersebut menargetkan, pengerjaan pabrik tersebut ramÂpung pada 2019.
General Manager Riset dan Teknologi Krakatau Steel, Yusuf Marhaban mengatakan, pabrik anyar ini menelan investasi senilai 460 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 6,2 triliun.
"Saat beroperasi nanti, kaÂpasitas produksi pabrik ini diÂtargetkan sebesar 1,5 juta ton per tahun. Kapasitasnya akan terus ditingkatkan agar bisa memproduksi hot rolled coil sebanyak 2 juta ton dan akan dikembangkan menjadi 3 juta ton pada 2021," kata Yusuf kepada wartawan di Jakarta, kemarin.
Pabrik HSM II merupakan salah satu bagian dari proyek peningkatan kapasitas produksi baja di klaster Cilegon menjadi 10 juta ton per tahun pada 2025.
Pabrik HSM Imilik perseroan saat ini memproduksi HRC sebesar 2,4 juta ton dan akan dikembangkan menjadi 4 juta ton pada 2025.
Selain pabrik HSM I dan II, PT Krakatau Posco yang meruÂpakan anak usaha Krakatau Stell juga menyumbang produksi 1,5 juta ton pelat baja. Dengan demikian, untuk mencapai produksi baja sebesar 10 juta ton pada 2025, Krakatau Steel harus membangun pabrik baru dengan kapasitas sebesar 1,5 juta ton.
Menurut Yusuf, selain memÂbangun pabrik HSM II, perÂseroan juga tengah menyeleÂsaikan pembangunan fasilitas pengolahan bijih besi
(blast furnace complex). Saat ini di klaster Cilegon telah beroperasi 1 blast furnace milik PT KrakaÂtau Posco.
"
Blast furnace kedua milik Krakatau Steel itu jadwalnya selesai di 2018, antara Maret atau April.
Blast furnace ini akan menghasilkan besi cair 1,2 juta ton hingga 1,5 juta ton," katanya
Pada akhir Agustus 2017, perseroan telah melakukan
first pushing coke oven plant yang merupakan bagian penting dimulainya proses pengoperasian fasilitas pengolahan bijih besi. Proses
first pushing coke oven plant merupakan proses produkÂsi batu bara kokas sebagai bahan pelebur baja.
Sebelumnya, Direktur Utama Krakatau Steel Mas Wigrantoro Roes Setiyadi menargetkan, perseroan bakal memasok sekiÂtar 25 persen dari kebutuhan baja konstruksi di dalam negeri setelah pengoperasian pabrik Krakatau Osaka Steel.
Pabrik tersebut merupakan hasil patungan Krakatau Steel dengan Osaka Steel Co. Ltd dengan kapasitas produksi 500.000 ton per tahun.
"Dengan beroperasinya KOS, Krakatau Steel sumbang hampir satu juta ton atau 25 persen. SiÂsanya dipasok oleh pabrikan lain yang nonstandar dan impor," ujarnya.
Saat ini, kebutuhan baja konÂstruksi dalam negeri mencapai sekitar 3 juta ton hingga 4 juta ton per tahun. Selain Krakatau Osaka Steel KOS, anak usaha Krakatau Steel, PT Krakatau Wajatama juga memproduksi baja konstruksi. ***