Berita

Foto/Net

Bisnis

Pemasok Toko Modern Cuma Bisa Pasrah...

Industri Ritel Berguguran
RABU, 25 OKTOBER 2017 | 10:16 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Banyaknya perusahaan ritel yang menutup tokonya berdampak pada menurunnya pendapatan industri anggota Asosiasi Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI). Mereka mengaku hanya bisa pasrah.

 Ketua AP3MI Susanto men­gaku pasrah dengan fenomena tutupnya sejumlah toko ritel modern. Para pemasok tidak bisa berbuat banyak mengingat kondisi perekonomian yang memang sedang lesu.

"Kalau mereka toko ritel mod­ern tutup, ya mau bagaimana lagi. Ekonomi kan tengah lesu," kata Susanto di Jakarta, kemarin.


Menurutnya, lesunya ekonomi dan daya beli sudah dirasakan para pemasok sejak lama. Hal ini dirasakan saat beberapa toko ritel modern menunda pemba­yarannya karena pendapatan yang kurang bagus.

"Untuk mengatasi meredup­nya popularitas pasar ritel mod­ern, para pemasok saat ini tengah berupaya mencari solusinya," ujarnya Susanto.

Ia mengimbau, agar para pe­masok mulai menyesuaikan diri dengan kondisi perekonomian serta menggali terus peluang pasar yang ada. "Intinya kami harap supplier dapat beradapta­si dengan lingkungan baru, terus berinovasi, serta mencari koneksi. Yang penting terus semangat," tutupnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan, tutupnya sejumlah gerai ritel di Indo­nesia belakangan ini sebagai dampak dari kinerja industri yang stagnan. "Untuk itu ritel sebenarnya perlu melakukan redefinisi pasar," ujarnya.

Ia mengungkapkan, ada dua hal yang bisa dilakukan pengu­saha ritel. Pertama adalah mem­perbesar maupun mengganti format dagang, serta pindah ke lokasi yang lebih prospektif.

Biasanya toko ritel yang menyediakan fasilitas belanja online bisa bertahan. "Pen­gelola toko juga harus jeli dalam mengobservasi serta mengkaji ulang lokasi toko, sehingga bisa memperoleh dampak yang lebih signifikan," katanya.

Ia mengatakan, pola yang ditemui pada toko-toko ritel yang akan tutup biasanya sama, yakni turunnya pendapatan yang tidak bisa digunakan untuk menu­tup biaya operasional. "Tapi bagaimana pun perubahan harus dilakukan, karena ritel harus tetap hadir memenuhi kebutuhan masyarakat," ucap Roy.

Tidak Lepas Tangan

Menteri Keuangan Sri Mu­lyani mengaku masih bingung dengan banyaknya toko ritel yang berguguran. Sebab, ber­dasarkan laporan selama ini setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari sektor ritel terus meningkat. Bekas Direktur Bank Dunia ini menegaskan, pemerin­tah tidak lepas tangan.

Menurut Sri Mul, pemerintah mencermati banyaknya industri ritel yang kinerjanya semakin lesu, termasuk Lotus yang baru saja menutup gerai. "Tentu hal seperti ini diharapkan tidak terus terjadi dan ke depan industri ritel bisa kembali kuat," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Ia tidak menampik, salah satu faktor terkuat yang membuat gerai-gerai ritel tutup yakni kar­ena tergerus digitalisasi. Saat ini banyak bisnis yang mulai meng­gunakan platform online.

"Kita terus memonitor peruba­han ekonomi yang diakibatkan suatu era digitalisasi. Dengan kenaikan PPN dari industri ritel seharusnya menunjukkan ada konsumsi dan pertumbuhan ritel," katanya.

Dia menegaskan, pemerintah tak akan berdiam diri dan akan mencari solusi. Apalagi, peran ritel yang sangat penting sebab banyak membantu memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Kami akan terus memantau dan merespons dengan berbagai aturan, baik dari sisi belanja negara, perpajakan maupun pen­erimaan negara," tukasnya.

Menteri Perindustrian (Men­perin) Airlangga Hartarto men­gatakan, banyaknya penutupan gerai ritel belakangan ini di­akibatkan peralihan cara beli masyarakat dari konvensional menjadi online melalui berbagai e-commerce. "Misalnya kan shifting. Yang lain juga shift­ing," ucap Airlangga.

Airlangga berpendapat, pent­ingnya bagi perusahaan untuk kembali mengkaji lokasi pendi­rian gerai. Pasalnya, tidak ada syarat lain selain lokasi untuk bisa mempertahankan bisnis ritel di tengah ramainya bisnis e-commerce. "Kalau industri itu syarat pertama lokasi, kedua lokasi, ketiga lokasi," jelasnya.

Untuk diketahui, setelah Ra­mayana dan Matahari, Lotus Departement Store pun akan menutup beberapa tokonya pada akhir bulan ini. ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya