Sejak diluncurkan pertengahan 2016 lalu, sampai saat ini, program bahan bakar minyak (BBM) satu harga terÂcatat telah berhasil menjangÂkau 26 titik daerah pedalaman dan terluar.
"Kita harapkan BBM satu harga ke depan bisa dinikmati saudara-saudara kita di wilayah terluar yang belum terjangkau," kata Wakil MenÂteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar di Jakarta, kemarin.
Seperti diketahui, pemerinÂtah menargetkan bisa memÂbangun 150 lembaga penyalur hingga 2019 untuk menyalurkan BBM satu harga. Dari 150 lembaga penyalur tersebut, 33 di antaranya di Papua.
Arcandra mengaku senang program distribusi BBM satu harga berjalan lancar. Karena, dengan adanya program ini, masyarakat Papua di pedaÂlaman bisa membeli BBM jenis premium dengan harga Rp 6.450 per liter dan jenis solar Rp 5.150 per liter. PaÂdahal, sebelumnya mereka harus merogoh Rp 100 ribu per liter.
"Program BBM satu harga memang bertujuan memberiÂkan keadilan pada penduduk di pelosok Indonesia. Kini, penduduk di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) bisa menikmati BBM yang harganya sama dengan di Jawa dan wilayah Indonesia lainnya," katanya.
Arcandra memastikan, proÂgram BBM satu harga memiÂliki peta jalan (roadmap ) yang sangat baik. Pertama, seperti tertuang dalam Pasal 4 PeraÂturan Menteri ESDM Nomor 36 Tahun 2016 tentang PerÂcepatan Pemberlakuan Satu Harga oleh Direktur Jenderal untuk menetapkan lokasi terÂtentu.
Kedua, mengidentifikasi 237 Kabupaten/Kota berdasarkan koordinasi bersama KemenÂterian/Lembaga terkait, serta pemerintah kabupaten dan kota pada 19 Desember 2016. Selanjutnya tahap ketiga, memperhatikan 122 daerah tertinggal dan 43 daerah terÂdepan atau terluar.
Arcandra menyebutkan, pada 23 Januari 2017, pemerintah telah menetapkan lokasi tertentu di 148 KabuÂpaten untuk pendistribusian jenis BBM tertentu dan jenis BBM khusus penugasan.
"Target tahun ini, ada 54 peÂnyalur, dan sudah beroperasi 26 penyalur sampai dengan 16 Oktober 2017. Ini merupakan pendirian lembaga penyalur oleh pemerintah," pungkas Arcandra. ***