PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) melalui anak usahanya PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) bersama PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero) bakal membangun PLTU (PemÂbangkit Listrik Tenaga Uap) Mulut Tambang Sumatera SelaÂtan (Sumsel) 8 pada pertengahan Tahun 2018.
Direktur Utama PTBA ArviÂyan Arifin mengatakan, pihaknya telah menandatangani amandeÂmen Power Purchase Agreement (PPA) PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 berkapasitas 2 x 620 MW (mega watt) dengan PLN.
"Rencananya pertengahan Tahun 2018 mulai konstruksi, untuk unit I kira-kira selama 42 bulan dan unit II selama 45 bulan. Harapannya, bisa beroperasi seÂcara komersial (Commercial OpÂeration Date/COD) pada Tahun 2021 untuk unit I dan 2022 untuk unit II," ujarnya, di Jakarta.
Ia menjelaskan, PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 merupakan bagian dari megaproyek 35.000 MW dengan PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) sebagai Independent Power Procedur (IPP) yang merupakan konsorÂsium PT Bukit Asam (Persero) Tbk dan China Huadian HongÂkong Company Ltd.
Menurutnya, dalam amandeÂmen PPA ini terdapat beberapa perubahan dari rencana semula yakni, listrik dari PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 yang semula akan dialirkan ke Jawa mengÂgunakan
High Voltage Direct Current (HVDC), kini dialirkan untuk Sumatera grid mengguÂnakan jalur transmisi extra high voltage 500 kV.
"Perubahan ini karena kebutuÂhan listrik di Jawa dinilai sudah cukup, sehingga listrik dari PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 dialihkan untuk kebutuhan listrik Sumatera," katanya.
Selain itu, termasuk dalam perubahan tersebut, HBAP juga akan membangun jalur transmisi dari PLTU Sumsel 8 ke gardu inÂduk PLN di Muara Enim sejauh 45 kilo meter (km). Sehingga, dengan adanya penambahan jalur transmisi ini, otomatis meÂnambah total investasi yang dikeluarkan perusahaan.
"Nilai investasinya total menÂjadi hampir mencapai 1,7 miliar dolar Amerika Serikat (setara Rp 22,9 triliun). Karena selain terÂdapat perubahan transmisi dari sebelumnya ke Jawa menjadi Sumatera, teknologi yang akan digunakan PLTU Mulut TamÂbang Sumsel 8 pun mengalami perubahan," jelasnya.
Menurut Arviyan, perubahan teknologi yang dimaksud, yakni teknologi yang sebelumnya akan digunakan adalah sub critical, berubah menjadi super critical sehingga menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan.
Sementara itu, dari sisi kinÂerja hingga kuartal III tahun ini, perolehan laba bersih perseroan telah melampaui target yang dipatok hingga akhir tahun sebesar Rp 2,41 triliun lebih besar dibanding 2016 sebesar Rp 2,02 triliun.
"Realisasi laba bersih hingga kuartal III sudah mencapai Rp 2,63 triliun, setara sembilan persen di atas target perusaÂhaan," katanya.
Meski demikian, pihaknya belum berencana untuk merevisi seluruh target kinerja, baik dari sisi keuangan maupun volume penjualan.
Ia menilai, dalam sisa waktu tiga bulan hingga akhir tahun, masih terdapat kemungkinan adanya perubahan kebijakan sepÂerti dari China yang bisa membuat Harga Batubara Acuan (HBA) melambung tinggi, atau bisa sebaÂliknya membuat HBA anjlok.
"Selama itu juga segala keÂmungkinan bisa terjadi terutama dari China," katanya.
Untuk diketahui, PTBA meÂnargetkan pendapatan tahun ini sebesar Rp 20,1 triliun, naik 43 persen dibanding pendapatan 2016. Realisasi pendapatan hingga kuartal III sudah sebesar Rp 13,22 triliun, atau setara sekiÂtar 65 persen dari target.
Sedangkan dari segi volume penjualan ditargetkan mencapai 23,17 juta ton di mana realisasinya hingga kuartal III-2017 baru sebesar 17,24 juta ton. ***