Pemuda Muhammadiyah Bangka Belitung (Babel) meminta Presiden Jokowi untuk lebih memerhatikan nasib petani di Indonesia, terutama petani karet.
Sekretaris Pemuda Muhammadiyah Babel Jafri mencatat banyak persoalan yang perlu dibenahi Jokowi dalam sektor pertanian.
Pertama persoalan reforma agraria, yaitu persoalan kepemilikan lahan yang saat ini masih dimonopoli oleh tuan tanah dan pemilik modal sektor perkebunan besar. Penguasaan lahan ini mengakibatkan para petani miskin tergantung kepada tuan tanah, sehingga mereka menjadi buruh dengan penghasilan yang sangat rendah.
"Seperti di Pulau Jawa jumlah buruh tani cukup lumayan besar dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia," jelasnya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Senin (25/9).
Kedua, soal perhutanan sosial yang belum tuntas. Seperti masih banyak lahan desa yang tidak dikuasai oleh masyarakat yang dimonopoli sektor perusahaan pertambangan dan perkebunan. Ketiga, masalah harga komoditas pertanian seperti karet, lada, kelapa sawit, bawang, dan ubi yang anjlok, sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan petani.
"Hal ini juga tidak terlepas monopoli perdagangan yang bebas atau free market yang tidak dikontrol oleh pemerintah," jelas ketua Asosiasi Petani Karet Babel itu.
Jafri kemudian mencontohkan harga karet yang anjlok di Babel. Menurutnya, situasi ini telah membuat para petani miskin banting tulang dalam mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Jafri menjabarkan, sekarang harga karet di kampung hanya berkisar Rp 4.000 per kg. Untuk itu, diharapkan Gubernur Babel dan Presiden Jokowi memiliki langkah strategis yang bisa membantu petani agar tidak susah secara ekonomi.
"Kita meminta kepada Pak Presiden untuk segera melaksanakan reforma agraria yang sebenarnya dan melaksanakan perhutanan sosial yang berpihak pada petani," tutup Jafri.
[ian]