Berita

Politik

Seminar Kebenaran Sejarah 1965 Ditekan Massa Dan Dilarang Polisi

SABTU, 16 SEPTEMBER 2017 | 15:08 WIB | LAPORAN: IDHAM ANHARI

Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta di Menteng, Jakarta Pusat, terus digempur oleh demonstran yang menolak seminar "Pengungkapan Kebenaran Sejarah 1965/1966".

Akhirnya, seminar yang sedianya dimulai hari ini (Sabtu, 16/9) dengan mengundang beberapa narasumber kompeten, batal digelar.

"Dalam menyelesaikan kasus G30S PKI dan peristiwa sebelumnya, seperti peristiwa Madiun 1948, pemerintah telah membentuk tim gabungan dari Kejaksaan Agung, Komnas HAM, TNI, Kepolisian Indonesia, pakar hukum, dan perwakilan masyarakat untuk menyelesaikan dugaan pelanggaran HAM berat masa lalu," jelas kordinator demonstran dari Aliansi Mahasiswa Jakarta (AMJ), Ulah, di dekat kantor YLBHI, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Aksi maraton yang dilakukan oleh kelompok-kelompok mayarakat untuk menolak seminar pelurusan sejarah Gerakan 30 September telah dilakukan sejak Kamis lalu. Saat itu, sejumlah pemuda yang menamakan diri Aliansi Mahasiswa Peduli Hukum (Ampuh) mulai meneriakkan agar sejarah G30S PKI tidak diungkit-ungkit lagi.

Pagi ini, ketika seminar akan digelar, para pemuda dari Aliansi Mahasiswa Jakarta (AMJ), Ampuh, Ansor, PMII, dan Laskar Merah Putih, secara bergantian berorasi. Intinya hanya satu, jangan ada pihak yang berusaha meluruskan sejarah terkait tragedi 1965.

"Melalui aksi ini, kami menolak segala bentuk politisasi terkait kasus G30S PKI. Persoalan PKI sudah selesai, tak perlu diungkit-ungkit lagi,” tegas orator.

Dalam undangan yang diterima wartawan, seminar itu akan digelar selama dua hari, yakni hari ini sampai besok 16-17 September 2017. Para pembicara yang diundang pun cukup menguasai persoalan, di antaranya ahli sejarah Asvi Warman Adam dan pakar hukum Refly Harun.

Terdengar kabar di lapangan bahwa kepolisian yang membatalkan seminar itu karena tidak memiliki izin yang sesuai dengan UU. [ald]

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya