Ratna Sarumpaet/Net

Politik

Ke Vladivostok, Ratna Sarumpaet Kembali Tekuni Dunia Seni

JUMAT, 08 SEPTEMBER 2017 | 22:05 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

rmol.id Seniman Ratna Sarumpaet yang juga dikenal sebagai aktivis HAM malam ini direncanakan berangkat menuju Vladivostok. Di kota paling timur Federasi Rusia itu, Ratna memenuhi undangan menjadi angota dewan juri Festival Film Pacific Meridian ke-15.

Rencana keberangkatan Ratna Sarumpaet ke Vladivostok disampaikannya dalam perbincangan dengan redaksi Jumat siang (8/9).

Festival Film Pacific Meridian diselenggarakan Network for the Promotion of Asia Pacific Cinema yang lebih dikenal dengan nama NETPAC. Didirikan tahun 1990, NETPAC kini memiliki anggota dari 29 negara serta berafiliasi dengan UNESCO.

Ratna Sarumpaet bukan figur baru di dunia festival film internasional. Namanya mulai berkibar sebagai salah satu tokoh dunia perfilman Asia Pasifik setelah ia memperkenalkan film pertamanya yang berjudul “Jamila dan Sang Presiden” tahun 2008 lalu. Film bertema perdagangan anak manusia itu menjadi buah bibir dan memenangkan penghargaan di berbagai festival internasional.

Di Vesoul Asian International Film Festival di Prancis tahun 2010, misalnya, film yang dibintangi Atiqah Hasiholan dan Christine Hakim ini memperoleh dua penghargaan yakni Youth Prize dan Public Prize. Setahun sebelumnya di Asiatica Film Mediale Festival, di Roma, Italia, “Jamila dan Sang Presiden” memperoleh NETPAC Award.

Lalu pada 2010 di ajang Academy Award, "Jamila dan Sang Presiden"sempat  diajukan sebagai salah satu film dengan bahasa asing terbaik.

Sejak aktif di NETPAC, Ratna kerap dilibatkan sebagai anggota dewan juri berbagai festival film internasional, misalnya di Rotterdam, Paris, dan New Delhi.

Sebelum Ratna Sarumpaet, sineas Indonesia yang lebih dahulu menjadi anggota NETPAC adalah Garin Nugroho.  
 
Jauh sebelum memproduksi “Jamila dan Sang Presiden”, Ratna sudah lebih dahulu dikenal sebagai penulis naskah sekaligus pemain drama. Kolumnis Carla Bianpoen dalam artikelnya di Jakarta Post tahun 2009 mengapresiasi Ratna sebagai seniman Indonesia berkelas internasional.

Ratna, tulis Bianpoen, berhasil memadukan dunia seni dengan kepeduliannya terhadap isu-isu kemanusiaan.

Salah satu karya fenomenal Ratna Sarumpaet adalah “Marsinah Menggugat” yang diproduksinya tahun 1993. Monolog yang luar biasa ini lahir dari perlawanan Ratna Sarumpaet terhadap upaya penguasa menutupi kasus pembunuhan brutal aktivis buruh perempuan Marsinah. Di era Orde Baru, Ratna dilarang memainkan monolog ini di sejumlah kota di Indonesia.

“Terbuka, tajam dan kritis, sebagai aktivis HAM yang populer dan berani, dia (Ratna Sarumpaet) memposisikan dirinya melawan otoritas. Semua karyanya dimulai dari kemarahan pada kekerasan dan diskriminasi terhadap HAM,” tulis Biapoen.  

Ratna Sarumpaet juga dinilai mampu menggugah kesadaran masyarakat di saat hipokrasi dan tekanan penguasa membungkam suara rakyat.

Kini setelah melewati hiruk pikuk permainan politik beberapa bulan terakhir, kelihatannya Ratna kembali menikmati aktivitas seni. [guh]

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

Tekuk Fiorentina 2-1, Napoli Tak Biarkan Inter Tenang

Senin, 10 Maret 2025 | 01:21

Polda Jateng Tegas Larang Petasan Sepanjang Ramadan

Senin, 10 Maret 2025 | 00:59

Kluivert Tiba di Jakarta Ditemani Mantan Pemain Man United

Senin, 10 Maret 2025 | 00:41

Cegah Bencana Seperti di Jabotabek, Menteri ATR/BPN Evaluasi Tata Ruang di Jatim

Senin, 10 Maret 2025 | 00:25

Asiang Versus JACCS MPM Finance, Peneliti IPD-LP Yakin Hakim MA Lebih Adil

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:58

Beri Bantuan untuk Korban Banjir di Candulan, Okta Kumala Dewi Berharap Ada Solusi Jangka Panjang

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:41

PSU Empat Lawang Diikuti Dua Paslon, Pencoblosan pada 19 April 2025

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:20

Update Banjir dan Longsor Sukabumi: 5 Orang Wafat, 4 Orang Hilang

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:44

Menanti Keberanian Kejagung Bongkar Biang Kerok Korupsi Migas

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:30

PTPN IV PalmCo Siapkan 23 Bus untuk Mudik di Sumatera dan Kalimantan

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:18

Selengkapnya