Berita

Hukum

Tiga Penyidik Polri Kewalahan Tangani Kasus Saracen

Tunggu PPATK Untuk Dapat Donatur
SELASA, 05 SEPTEMBER 2017 | 20:14 WIB | LAPORAN:

Polri menemui kendala dalam menangani perkara sindikat penyebar hoax dan kebencian di media sosial, Saracen Cyber Team.   

Hal itu terungkap saat  Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Mabes Polri, Komisaris Besar Martinus Sitompul, berdialog dengan Forum Masyarakat Anti Kekerasan Informasi (MAKI) di kantornya, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (5/9).

Menurut Martinus, saat ini penyidik yang menangani kasus tersebut hanya berjumlah tiga orang. Sementara tugas para penyidik adalah menelusuri ratusan ribu akun di media sosial. Pihaknya pun sudah meminta bantuan dari Polda di daerah-daerah untuk mengirimkan penyidik mereka.


"Kami sudah minta bantuan dari Polda. Kami harapkan kasus ini bisa cepat selesai," ujar Martinus.

Sejauh ini sudah beberapa tersangka yang diciduk. Mereka adalah Jasriadi, Sri Rahayu Ningsih, Muhammad Faizal Tannong, dan seorang warga Pekanbaru, Muhammad Abdullah Harsono. Polisi masih mendalami peran dua orang yang diduga terlibat, Ropi Yatsman dan Rizal Kobar.

Untuk memperkaya bukti yang dimiliki oleh kepolisian, langkah pertama semua penyidik yang bertugas adalah mengekstraksi, mengkategorikan, serta mengklarifikasi data yang mereka download. Sejauh ini sudah ada 93 GB data yang dikantongi.

Langkah kedua, lanjut Martinus, yakni melacak jejak digital dari para tersangka.

"Kita lihat jejak digitalnya seperti apa, SIM card. Jumlahnya sangat banyak, termasuk untuk nomor handphone. Jasriadi saja punya hampir 50 SIM card, Harsono punya 70 SIM card," terangnya.

Langkah ketiga adalah menunggu hasil kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk menelusuri 14 rekening yang diduga kuat terkait dengan Saracen. Hasil kerja PPATK cukup penting untuk mengetahui siapakah penyandang dana atau pengguna jasa Saracen.

"Kita bisa tahu setelah kita mendapatkan LHA (Laporan Hasil Analisis) dari PPATK," pungkasnya. [ald]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya