Berita

Tan Malaka/Net

Dunia

Film Tan Malaka Sekolah Di Belanda Segera Diputar, Ikut Dibintangi Harry Poeze

SELASA, 05 SEPTEMBER 2017 | 09:26 WIB | LAPORAN: ARIEF GUNAWAN

Sebuah film semi dokumenter tentang Tan Malaka selama menjadi mahasiswa sekolah keguruan (rijkskweekschool) di Haarlem, Belanda, akan dimulai shootingnya pada 17 September mendatang.

Film dengan pusat lokasi shooting di kota Haarlem ini berdurasi tayangnya sekitar 70 menit, disponsori oleh Dirjen Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

"Di film ini saya dapat peran jadi guru tua Tan Malaka selama Tan Malaka sekolah di Haarlem," kata Harry Poeze, sejarawan yang mendalami kronik revolusi Indonesia, khususnya melakukan penelitian tentang Tan Malaka selama lebih dari 40 tahun serta menulis berbagai buku yang berkaitan dengan Tan Malaka, dalam percakapan dengan Kantor Berita Politik RMOL di Universitas Leiden, Belanda, pekan lalu.


Sekadar informasi, Tan Malaka (Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka) menjalani sekolah keguruan di Haarlem selama tiga tahun. Gedung bangunan sekolah keguruan Tan Malaka tersebut hingga kini masih berdiri kokoh.

Tahun 1913, Tan Malaka meninggalkan desanya di Sumatera Barat, dengan bantuan dana dari para engku di desanya. Sesampainya di Belanda, Tan Malaka kian bertambah wawasannya, terutama yang berkaitan dengan ideologi dan politik. Ia mengalami kejutan budaya, banyak membaca literatur yang membuka pemikirannya tentang kemerdekaan bangsa dan terutama setelah Revolusi Rusia 1917. Tan Malaka mulai berkenalan dengan faham sosialisme.

Pada November 1919 ia lulus sekolah guru, kembali ke tanah air antara lain mengajar para kuli kontrak di Deli, Sumatera dan kalangan rakyat miskin dan korban romusha di Bayah Banten.

Tan Malaka dikenal sebagai mentor revolusioner sekaligus inspirator bagi Sukarno dan para rekan seangkatannya. Ia dijuluki Bapak Republik Indonesia, sebagai seorang intelektual pada masanya buku-bukunya yang terkenal antara lain Naar de Republiek, Gerpolek, hingga Madilog.

"Tan Malaka radikal tetapi sangat nasionalis. Jelas sangat berlawanan dengan PKI Muso atau Aidit," tegas Harry Poeze.[wid]


Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya