Berita

Eggy Sudjana/Net

Hukum

Eggy Sudjana: Salah Berat Panggil Saya Dalam Kasus Saracen

SABTU, 26 AGUSTUS 2017 | 11:50 WIB | LAPORAN:

. Pengacara senior Eggy Sudjana mengaku menjadi korban fitnah karena diseret-seret terlibat dalam kasus Saracen. Saracen adalah sindikat (jaringan) yang menyebar konten kebohongan (hoax) dan ujaran kebencian (hate speech) di media sosial.

Jelas Eggy, Saracen sesungguhnya berasal dari istilah pada Perang Salib ratusan tahun yang lalu. Dimana, Saracen dipakai untuk melabeli umat Islam untuk dikerjai.

"Jadi logika sehatnya, dari segi nama saja nggak mungkin saya masuk di situ untuk dinamai dengan label Saracen yang sebenarnya menghina diri kita sebagai muslim. Dari segi nama saja udah nggak logis saya ada di situ," katanya dalam diskusi bertajuk 'Saracen dan Wajah Medsos Kita' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (26/8).


Kemudian, lanjut Eggy, dari segi fakta, di media televisi, Ketua Sindikat Saracen Cyber Team yang bernama JAS (Jasriyadi) sendiri sudah membantah keterlibatan dirinya.

"Bahwa itu Dewan Pembina itu masih baru wacana, belum legal, belum konfirmasi ke saya, dan sudah ditarik lagi, ditutup lagi," jelas Eggy.

Bareskrim Mabes Polri seperti dikatakan Analis Kebijakan Madya Bidang Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Kombes Pol. Sulistyo Pudjo Hartono, akan memanggil orang-orang yang diduga terlibat dalam kasus Saracen.

Oleh Eggy, dia mengaku tidak tepat dipanggil dalam kasus ini.

"Jadi kalau menurut teori penyelidikan, saya minta Mas Pudjo dengan cermat melihat sebagai penegak hukum. Saya juga jangan lupa, penegak hukum ini, advokat. Penyelidikan itu upaya serangkaian tindakan dari penyidik untuk membuat terang benderang tindak pidana. Jangan malah nanya ke saya. Saya sendirikan sebagai korban tidak tahu. Tidak melihat, tidak mendengar, tidak mengalami sebagaimana teori ilmu tentang saksi. Jadi bagaimana sebagai saksi saya menerangkan, jadi dalam konteks tata penyelidikan, polisi harus mampu membongkar kenapa ada nama saya di situ," jelas Eggy yang dalam diskusi itu juga dihadiri Pudjo.

Pihak kepolisian menurutnya tidak boleh bilang bahwa mereka tidak tahu. Sebab menurutnya, polisi sudah melalui proses penyelidikan dan penyidikan.

"Apa ilmu penyelidikannya gitu? Tahap kedua, penyidikan. Dalam penyidikan itu sama devenisinya, cuma tambahannya adalah untuk menemukan tersangkanya. Setelah terang benderang tindak pidana, kemudian siapa tersangkanya," urainya.

"Ini semuanya sudah dilalui oleh polisi, tapi masih mau manggil saya, yang sementara saya tidak tahu menahu. Ini saya kira ada lompatan hukum dalam teori penegakan hukumnya. Salah berat lah (kalau saya dipanggil). Nggak ngerti hukum berarti ini. Kalau mengerti tentang hukum acara pidana. Ini kan hukum acara pidana," lanjut Eggy.

Namun, apabila polisi tetap memanggil dan meminta keterangannya, Eggy curiga itu sebagai tanda-tanda bahwa dia sudah menjadi target.

"Dan juga yang paling penting disini, tadi juga baru diungkapkan bahwa ini ada motif, saya tidak percaya dengan sekedar motif ekonomi. Ini motif politik jelas. Ada proses devida at empera, ada proses pemecah belahan bangsa kita. Karena ini sesungguhnya anti Islam. Mereka ini gerakan-gerakan anti Islam. Nggak suka dengan gerakan Islam ini," tukas Eggy. [rus]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya