Berita

Metode NTP Dalam Mengukur Tingkat kesejahteraan Petani Memiliki Kelemahan

SENIN, 07 AGUSTUS 2017 | 01:39 WIB | LAPORAN:

Sistem Nilai Tukar Petani (NTP) dalam mengukur tingkat kesejahteraan petani memiliki kelemahan.

Beberapa hasil kajian menyatakan penggunaan asumsi tingkat produksi yang tetap (indeks Laspeyres) dalam NTP dinilai kurang relevan, karena dengan kuantitas tetap menunjukkan bahwa NTP belum mempertimbangkan kemajuan produktivitas pertanian, kemajuan teknologi dan pembangunan.

"NTP lebih tepat untuk mengukur daya beli petani, sedangkan ukuran kesejahteraan petani, tidak hanya terbatas daya petani, melainkan mencakup aspek lain yang lebih luas," jelas peneliti di Suropati Syndicate, Alhe Laitte, (Minggu, 6/8).


Pada tanggal 1 Agustus 2017, BPS kembali merilis data NTP dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP). NTP bulan Juli 2017 sebesar 100,65 atau meningkat 0,12% dibandingkan NTP Juni 2017. Sementara nilai NTUP bulan Juli 2017 adalah 109,75 atau meningkat 0,15% dari bulan Juni 2017.

Alhe mengungkapkan satu fenomena menarik untuk disimak, struktur tata niaga pangan saat ini ternyata kenaikan harga di petani tidak identik dengan peningkatan pendapatan petani secara langsung. Posisi tawar petani yang lemah sebagai price taker, sehingga kalaupun ada kenaikan harga biasanya tidak sertamerta mereka nikmati, bisa juga kenaikan harga terjadi akibat kurang pasokan atau akibat struktur dan perilaku pasar tidak bersaing sempurna.

"Dalam hal ini peningkatan NTP identik dengan kenaikan harga produsen dengan proporsi yang lebih tinggi dari harga konsumen.  Pada kondisi demikian maka NTP yang konstan dinilai lebih baik, karena pada NTP yang konstan berarti perubahan IT secara proporsional sama dengan perubahan IB," jelasnya.

Oleh karena itu, Alhe tegaskan karena kelemahan NTP tersebut, maka untuk melihat kemampuan usaha tani, agar menggunakan parameter NTUP. Parameter NTP perlu disempurnakan sehingga dapat lebih mendekati ukuran kesejahteraan, misal melalui menghitung Indek Produksi dan Harga, yaitu dengan memasukkan unsur kuantitas dalam penghitungan NTP, sehingga NTP merupakan rasio antara nilai pendapatan terhadap nilai pengeluaran. Dengan memasukkan unsur kuantitas maka perhitungan NTP menjadi lebih kompleks.  

"Dengan cara baru ini, maka indeks NTP baru merupakan rasio antara nilai penerimaan petani terhadap nilai pengeluarannya," ujar Alhe.

Bila metode “NTP Baru” ini belum siap disajikan, maka solusinya yakni melalui parameter yang telah ada selama ini.  Mengingat sebagian besar petani berada di pedesaan dan sebaliknya mata pencaharian penduduk di desa adalah petani, maka disarankan menggunakan parameter Tingkat Kemiskinan dan Gini Rasio di perdesaan saja.  

Kelebihan kedua parameter ini adalah definisi dan metodologinya sudah baku dan diterima para pihak, masyarakat sudah familiar dan paham metode ini, serta datanya sudah tersedia lengkap.  "Jadi apabila data kemiskinan menunjukkan turun, berarti terjadi peningkatan kesejahteraannya, demikian juga sebaliknya," pungkas Alhe. [zul]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya