Ramdan (12) hanya terdiam di rumahnya Kampung Lapang Rt 4 Rw 5 Desa Cikalong, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat.
Sesekali matanya menatap kosong. Bahkan, dia terlihat malu menutup wajahnya dengan topi dan kacamata jika bertemu orang.
Sejak berusia 4 bulan, putra pasangan Didi Sutisna (42) dan Yati Solihati (40) itu sudah menderita Xeroderma Pigmentosum. Dari penelusuran redaksi diketahui bahwa itu adalah penyakit genetika atau kelainan bawaan pada kulit yang langka, dimana kulit sangat peka terhadap sinar matahari terutama terhadap sinar ultraungu.
Bercak di badan Ramdan menyebar di daerah wajah, leher, lengan dan tungkai. Bercak itu memang tidak menimbulkan rasa sakit atau gatal, tetapi jika terus terpapar sinar matahari maka menjadi masalah serius yaitu kanker kulit.
"Terdapat benjolan di telinga bahkan bernanah," kata Yulianti, guru sekolah PAUD yang tiap hari mengajar Ramdan di rumahnya, seperti diberitakan
RMOL Jabar.
Yuli menuturkan, Ramdan menjalani pengobatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Tetapi karena terbentur biaya perawatan maka Ramdan dibawa pulang dan sesekali menjalani terapi.
"Maklum, pekerjaan orangtuanya hanya sebagai koordinir sampah di lingkungan rumahnya dengan penghasilan Rp 550 ribu per bulan," lanjut Yuli.
Ramdan sudah menjalani bedah. Pertama, saat Ramdan berusia 4 tahun. Hingga tahun 2015, Ramdan menjalani operasi yang ke-9.
"Kondisinya memprihatinkan, sesekali menangis karena menahan sakit," ucap Yuli.
Ramdan yang selalu tampak bersedih hanya bisa mengurung diri di rumah lantaran sakit yang dideritanya. Ia merasa minder sehingga tidak mau bersekolah.
"Ya, gurunya yang mengajarkan Ramdan di rumah. Karena bila bergabung ikut sekolah dengan anak-anak yang lain dia (Ramdan) ketakutan," kata Yuli yang saat ini fokus mencari dana untuk pengobatan Ramdan.
Yuli mengakui bahwa Ramdan yang lahir dalam keluarga miskin sangat butuh bantuan para dermawan untuk menutupi biaya pengobatan juga kebutuhan hidupnya sehari-hari.
"Bantuan dari dermawan yang kami butuhkan saat ini," kata Yuli sembari mengusap air matanya.
[ald]