Berita

Politik

Lieus Sungkharisma: Jangan Jadikan Hukum Alat Pendzaliman!

SABTU, 24 JUNI 2017 | 16:38 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Logika penegakan hukum yang kini dijalankan pemerintahan Jokowi-JK sulit dipahami. Pasalnya, secara kilat tokoh-tokoh yang terlibat dalam memenjarakan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam kasus penodaan agama dikriminalisasi.

Kriminalisasi itu mulai dari Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab yang dililit kasus chat mesum, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang sengaja dikaitkan dengan kasus gratifikasi oleh KPK, hingga CEO MNC Group, Hary Tanoesoedibyo yang ditersangkakan dalam kasus SMS bernada ancaman kepada jaksa.

Koordinator Forum Rakyat Lieus Sungkharisma mengaku sangat tidak bisa memahami logika penegakan hukum yang sedang dijalankan pemerintahan Jokowi-JK itu.


"Baik dalam tuduhan makar terhadap Ustadz Al Khattab, Sri Bintang, Rahmawati, kasus Habieb Rizieq, Amien Rais, dan lain-lain," urainya kepada redaksi, Sabtu (24/6).

Kasus chat mesum yang melibatkan Rizieq Shihab, kata Lieus, secara logika orang yang membuat dan mengunggah chat itu yang diproses terlebih dahulu. Tapi sampai kini justru pembuat dan pengunggah chat itu tak jelas rimbanya. Padahal Habieb Rizieq sudah dijadikan tersangka.

Demikian pula dengan kasus yang ikut menyeret nama Amien Rais. Padahal dugaan terkait kasus itu sudah bertahun-tahun lalu.

"Kenapa baru sekarang diungkit-ungit lagi oleh KPK?" tanyanya.

Kini, lanjut Leius, hal yang sama dialami Hary Tanoesoedibyo. Sebab SMS dan WA Hary Tanoe kepada Jaksa Yulianto itu sudah terjadi 1,5 tahun lalu. Tapi baru sekarang diungkit-ungkit.

Menurtnya, ini semua karena semua tokoh di atas menolak mendukung Ahok saat Pilgub DKI 2017, sehingga terus dicari-cari kesalahannya.
 
Menurut Lieus, dugaan seperti itu bukan tanpa alasan. Terutama karena dasar pelanggaran hukum yang disangkakan seringkali terkesan sangat sumir dan sesungguhnya bisa diselesaikan dengan cara musyawarah.

"Tak semua kasus harus dibawa ke pengadilan ‘kan? Kita inikan negara Pancasila yang berlandaskan pada musyawarah mufakat?" katanya.

"Sungguh, rezim ini akan menjadi sangat dzalim kalau kekuasaan dijadikan alat untuk mengkriminalisasi dan mendzalimi orang lain. Lagi pula, kalau terus seperti ini, kapan kita bisa membangun negeri?” pungkasnya. [ian]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya