Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
I'TIKAF itu memiliki kekuaÂtan dahsyat. Tidak bisa dicÂeritakan dan hanya bisa diraÂsakan. I’tikaf ialah berdiam diri di masjid untuk melakuÂkan ibadah dan taqarrub keÂpada Allah Swt. I’tikaf pentÂing untuk mengimbangi daya tarik dunia yang sedeÂmikian merasuk ke dalam jiwa dan pikiran kita selama ini. Datanglah ke rumah Tuhan menyerahkan diri sepenuhnya. Pasrahkanlah dirinya apapun adanya terhadap Tuhan. Terserah Dia. Jika Ia akan memaafkan kita maka memang Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Akan tetapi jika Dia akan meÂnyiksa kita, itu hak-Nya dan memang mungkin pantas kita menerima kenyataan itu, mengingat banyaknya perbuatan kita yang melampau baÂtas dan tidak senono yang kita lakukan.
Ketentuan dalam i'tikaf tidak dibenarkan melakukan berbagai perbuatan duniawi seperti berhubungan suami-istri, keluar masuk masjid tanpa keperluan, dan dianjurkan menutup auÂrat serta memperbanyak amalan ibadah seperti dzikir, wirid, tafakkur, tadzakkur, di samping shaÂlat dan membaca ayat suci Al-Qur’an. RangkaÂian i’tikaf harus diawali dengan niat. I’tikaf bisa beberapa hari, khususnya pada 10 hari teraÂkhir ('asyr awakhir) bulan Ramadlan. dan bisa juga beberapa saat. Inti i’tikaf sesungguhnya ialah ibadah rohani, yaitu dengan melakukan muhasabah atau mujahadah. Sebagian ulama berpendapat kalau saja orang bisa melakukan muhasabah dengan dengan baik maka sesungÂguhnya lebih baik baginya dari pada shalat suÂnat. Muhasabah bisa diisi dengan dzikir, wirid, tafakkur dan tadzakkur atau amaliah lainnya.
Sesungguhnya zikir dan wirid sama, hanya bedanya dzikir menyebut dan mengingat naÂma-nama Allah secara umum tanpa ketentuan; sedangkan wirid ialah dzikir yang sudah diatur jumlah dan ketentuannya secara rutin. Tafakkur sudah tidak ada lagi bacaan dan hitungan. Yang ada ialah mengingat dan merenung masa lamÂpau kita yang kelam lalu memohonkan ampun kepada Allah Swt. Sedangkan tadzakkur, sudah tidak ada lagi ingatan yang aktif. Yang ada hanÂyalah ketenangan, kebisuan, dan kepasrahan. Tadzakkur ketika orang sedang berada pada puncak kekhusyukan, sehingga ia seolah-olah tidak menyadari diri kalau ia sesungguhnya beÂrada pada tingkat kesadaran paling tinggi, tingÂkatan kesadaran para auliya' dan para Nabi.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
UPDATE
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33