Mutasi terhadap Kapolda Sumatera Utara, Inspektur Jenderal Rycko Amelza Dahniel tidak ada kaitan dengan kontroversi penyambutan petinggi FPI, Rizieq Shihab di Medan, Desember 2016 lalu.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian secara tegas membantah hal tersebut.
"Tidak ada kaitannya (dengan kontroversi kunjungan Rizieq)," ujar Tito di Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Senin (5/6).
Menurut Tito, sosok Rycko dibutuhkan untuk memperbaiki manajemen di Akademi Kepolisian (Akpol). Apalagi, Gubernur Akpol sebelumnya Irjen Anas Yusuf dianggap kurang tegas dalam mengatasi masalah pemukulan taruna.
"Kita (Polri) butuh Pak Ricko jadi Gubernur (Akpol) karena ingin memperbaiki internal Akpol. Mulai (Jabatan) Gubernur hingga pembina saya ganti untuk buat perubahan mendasar di sana," papar mantan Kapolda Metro Jaya itu.
Alumni terbaik Akpol 1987 itu, memahami betul "dapur" lembaga pendidikan kepolisian itu. Apalagi, kasus pemukulan taruna hingga tewas di Akpol menjadi atensi utama Tito.
"Enam bulan lalu sudah saya ingatkan. Saya juga sudah meminta Anas untuk membenahi. Budaya pemukulan di Akpol harus dihentikan. Nanti habis pukul taruna, keluar dari sana (Akpol), mereka pukul tahanan," tegas Tito.
Sebelumnya, Ricko sempat menuai kontroversi saat menyambut Rizieq yang akan mengikuti kegiatan tabligh akbar di wilayah hukumnya, Desember 2016 lalu. Ricko dianggap telah memberikan pelayanan lebih kepada Rizieq.
Sementara itu, Anas dicopot menyusul insiden kematian taruna Akpol Brigadir Dua Taruna (Brigdatar) Mohammad Adam di Asrama Kesatria Akpol, Semarang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.
Tito menggeser seniornya di Akpol 1984 itu ke bagian analis utama di Lembaga Pendidikan dan Latihan (Lemdiklat) Polri.
Posisi Anas digantikan Ricko yang melepas jabatan Kapolda Sumut kepada teman seangkatan Tito di Akpol 1987, Irjen Paulus Waterpauw.
Mutasi tersebut berdasarkan salinan telegram rahasia (TR) Nomor ST/1408/VI/2017 tertanggal 2 Juni 2017.
[wid]