Berita

Logo Muhammadiyah/Net

Publika

Tajdid Islam Berkemajuan

MINGGU, 04 JUNI 2017 | 15:41 WIB | OLEH: SUDARNOTO A HAKIM

KATA atau ide "berkemajuan" sangat kuat terhubungkan dengan ide "pembaruan" atau tajdid baik dalam pengertian purifikasi/pemurnian, rasionalisasi, modernisasi atau islah.

Ide ini mengingatkan kepada gagasan Robert Nisbet tentang idea of progress. Secara sederhana idea of progress itu gagasan yang mendorong supaya terjadi kemajuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan organisasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kehidupan. Jadi ada faktor kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ada kemajuan bagaimana mengorganisasi masyarakat dan ada perubahan, kesejahteraan masyarakat.

Kemudian terminologi "advances" menjadi penting dalam idea of progress ini. Jika didetailkan, meliputi physical advances, material advances, knowledge advances dan bahkan juga spiritual advaces. Tidak seperti teori yang menolak agama, saya kuat berpandangan bahwa agama menjadi faktor penting bagi idea of progress ini; agama adalah faktor kemajuan yang menyediakan banyak prinsip dasar dan landasan moral bagi kemajuan atau modernisasi.

Ide ini juga menyangkut dengan harapan masa depan (hopes for the future), artinya idea of progress  dan pembaruan, atau modernisasi haruslah memberikan gambaran tentang langkah dan janji (promises) masa depan yang akan diwujudkan. Karena itu, ide ini digerakkan termasuk oleh Muhammadiyah dengan menempatkan agama dan ilmu pengetahuan sebagai sumber epistemologis untuk kemaslahatan bersama.

Urgensi Tajdid Pemikiran Islam

Pertama, adanya tuntutan untuk mendialogkan Islam dengan dinamika dan berbagai persoalan yang berkembang dalam masyarakat. Tuntutan ini tidak sekadar dimaksudkan untuk menegaskan "relevansi" Islam dengan suasana baru atau kehidupan yang cenderung senantiasa mengalami perubahan, tetapi juga untuk memberikan "solusi" terhadap berbagai persoalan fundamental yang dihadapi masyarakat. Karena itu, tajdid didedikasikan untuk meyakinkan bahwa Islam adalah problem solver, Islam adalah solusi terhadap berbagai persoalan keagamaan dan persoalan kehidupan.

Untuk itu, dibutuhkan penyegaran atau cara baru dalam memahami/menafsirkan Islam. Pendekatan komprehensif (irfani, bayani, dan burhani) dalam mendialogkan Islam dengan berbagai persoalan sangat dibutuhkan sehingga solusi yang ditawarkan juga komprehensif. Cara atau pendekatan tradisional (normatif doktrinal) dinilai tidak lagi memadai untuk memahami persoalan-persoalan baru.

Tajdid adalah langkah ijtihadi yang dilakukan untuk (1) mengembangkan metodologi ijtihad/manhaj al-Ijtihad yang telah ada karena manhaj lama dinilai tidak lagi memadai untuk memahami berbagai persoalan baru. Jadi, bukan masalah fiqihnya saja yang diperbarui, akan tetapi masalah ushul fiqihnya yang justru sangat urgent diberi perhatian. Melalui tajdid atau ijtihad bidang manhaj diharapkan pemahaman keislaman tidak akan kehilangan makna kontekstualnya. Ide ini sekaligus menegaskan bahwa secara epistemologis pemanfaatan peralatan-peralatan keilmuan atau scientific tools sangatlah diperlukan.

Secara metodologis diperlukan multi-dimentional approaches dalam berijtihad meskipun harus tetap bersikap kritis karena tidak sedikit teori ilmu pengetahuan modern ternyata justru tidak produktif bagi kebutuhan kemaslahatan.

(2) Mencermati dan menghasilkan pemikiran-pemikiran baru dan strategis dalam berbagai bidang secara komprehensif: keagamaan, politik, hukum, ekonomi, kebangsaan, lingkungan, terorisme, kemanusiaan dan sebagainya dalam perspektif Islam. Ijtihad dalam berbagai persoalan fundamental dan strategis ini dibutuhkan sehingga Islam benar-benar terasa sebagai ajaran yang kompatibel, tepat kehadirannya di jaman apapun.

Pintu ijtihad perlu terus dibuka dan ini artinya bahwa pandangan dan paham keislaman Muhammadiyah tidak terikat menjadi penganut madzhab teologi, fiqih dan tasawuf manapun. Madzhab adalah warisan ijtihad intelektual Islam yang sangat penting dan berharga (al-Turots) dan harus dihormati tapi tidak harus diikuti, menurut Muhammadiyah.

Kedua, berkembang dan menguatnya heretisme dan kejumudan. Tajdid digerakkan untuk meluruskan masyarakat agar kembali ke ajaran Islam yang semurni-murninya terutama dalam bidang aqidah dan ibadah mahdhoh. Inilah misi purifikatif tajdid. Dua hal ini selain dinilai merusak kemurnian tauhid juga diyakini akan mengakibatkan kemunduran umat dalam berbagai sektor (sosial, ekonomi dan politik). Karena itu, ijtihad didedikasikan untuk menyelamatkan masyarakat dari praktik dan belenggu politeisme dan kejumudan.

Di balik misi purifikasi, ada motif "liberasi" yaitu membebaskan dari belenggu politeisme dan kejumudan. Misi liberatif tajdid ini secara umum berjalan seiring dengan spirit menjunjung tinggi kemanusiaan (sikap egalitarian, tidak diskriminatif, tidak antagonis, bersikap adil, kesediaan untuk saling berbagi dan memperkokoh solidaritas sosial dan kemanusiaan).

Pembacaan progresif KH. A. Dahlan terhadap Surat al-Maun, misalnya, menjadi preseden penting bagaimana Muhammadiyah telah memulai memahami dan menafsirkan ayat dengan misi liberatif, yaitu membebaskan dan mengangkat harkat martabat masyarakat marjinal dari kesengsaraan dan keterpurukan dengan metode dan teknik-teknik modern.

Ketiga, dalam konteks dengan masyarakat bangsa yang lebih luas, tajdid sangatlah diperlukan untuk menghadapi dan merespons ancaman serius ideologi dari luar. Tajdid dan ijtihad dilakukan sebagai konter ideologis terhadap transnasionalisme yang masuk melalui proses globalisasi masif dan ekstensif antara lain ialah hedonisme, materialisme, sekularisme, liberalisme dan ateisme. Ideologi-ideologi ini juga memiliki kekuatan destruktif nyata dan berefek panjang bagi kemanusiaan. Karena itu kemampuan untuk melakukan langkah-langkah preventif membangun dan memperkuat daya tahan bangsa dari ancaman ideologi-ideologi tersebut manjadi sangat urgen. Tajdid dan Ijtihad Muhammadiyah dengan demikian didedikasikan untuk mempertahanakan dan memperkokoh pandangan ideologis kebangsaan kita.

Ancaman transnasional juga berasal dari gerakan dan idologi yang mengeksploitasi kesucian agama seperti salafisme jihadi qitaly. Gerakan dan ideologi yang antara lain diusung oleh ISIS, misalnya, merupakan musuh kemanusisan universal. Ideologi dan gerakan ini menebar melalui berbagai cara dan media. Bahkan revolusi teknologi informasi telah dengan nyata menjadi peluang yang sangat luas bagi penyebaran paham atau ideologi-ideologi sesat dan menebar kecemasan dan teror. Inilah yang disebut dengan cyber terrorism yang sangat mengancam khususnya generasi muda dan masyarakat pada umumnya.

Jadi, Tajdid dan Ijtihad didedikasikan untuk membentengi masyarakat dan bangsa dari rongrongan ideologi transnasional termasuk yang menggunakan simbol agama. ijtihad Ini dimaksudkan untuk mengarusutamakan doktrin Islam rahmatan lil alamin.

Keempat, terjadinya global crisis. Krisis ini antara lain ditandai dengan pengrusakan lingkungan yang terjadi begitu masif dengan dampak yang sangat sistemik sebagai akibat ulah tak bertanggung jawab negara-negara industri maju berbagai konflik dan peperangan yang berdampak kepada dehumanisasi dan krisis kemanusiaan yang sangat memprihatinkan.

Tajdid dan ijtihad didedikasikan untuk ikut membangun peradaban dunia yang damai, sejahtera dan membahagiakan. Misi lingkungan dan perdamaian dunia ini tidak saja mendorong melahirkan tafsir-tafsir baru yang transformatif progresif terhadap doktrin Islam, tapi sekaligus membutuhkan kepiawaian diplomatik karena tajdid dan ijtihad Muhammadiyah harus didesiminasikan dan didialogkan dengan berbagai kekuatan civil society dunia apapun latar belakang bangsa, profesi dan agamanya. Jadi, diplomasi menjadi alat penting Ijtihad global ini.

Kelima, munculnya fakta bahwa bangsa Indonesia menghadapi berbagai problema yang semakin kompleks dengan dampak yang juga sistemik. Di antara problem kebangsaan itu ialah korupsi yang makin masiv, lemahnya law enforcement, leadership dan birokrasi yang semakin kehilangan kepercayaan publik (bahkan kebangkrutan moral serius), kriminalitas yang semakin kasat mata dan rasa aman yang semakin rendah, serta intrik dan kejahatan politik yang semakin ugal-ugalan.

Ijtihad Muhammadiyah didedikasikan untuk menjaga, merawat dan memperkokoh serta memajukan Indonesia sebagai bangsa besar, bermartabat dan berdaulat, berperadaban dan dihormati oleh siapapun serta berkemajuan. Inilah Indonesia sebagai Darul Ahdi was Syahadah menurut Muhammadiyah. Membela, membangun dan memajukan Indonesia dalam perspektif ini tidak saja kewajiban ideologis dan konstitusional tapi juga agama.

Ideologi Tajdid Berkemajuan


Mempertimbangkan berbagai agenda di atas, maka ada beberapa aspek yang sifatnya ideologis dari Tajdid Berkemajuan ini. Pertama, komitmen terhadap kemurnian aqidah atau tauhid sebagaimana yang ditegakkan sejak pertama kali oleh Rasul Muhammad. Aqidah ini masih tetap relevan hingga saat ini mengingat banyak hal yang membuat kemusyrikan berkembang. Neo-politeisme, neo-heretisme dan neo-kejumudan berkembang di mana-mana misalnya pandangan hedonisme, materialisme, sekularisme dan bahkan kemiskinan.

Kedua, pandangan teologis yang liberating, transforming, enlighthening untuk menyelesaikan berbagai problem fundamental alam, lingkungan, kemanusiaan, dan kedaulatan.

Ketiga, pengarusutamaan dan penguatan paham Islam dan kebangsaan (nasionalisme) agar Pancasila, UUD dan NKRI semakin kokoh dan terselamatkan dari berbagai bentuk rongrongan/pembajakan dari dalam luar negeri. [***]


Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya