Berita

Jusuf Kalla/net

Publika

JK Merawat Optimisme Pasca Bom Kampung Melayu

RABU, 31 MEI 2017 | 15:36 WIB

SEBELUM Ramadhan (24/5/17), Indonesia dikagetkan dengan ledakan bom di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. 3 Anggota Polri tewas dalam insiden ini dan 11 lainnya luka-luka.

Pasca kejadian tersebut, publik kembali digegerkan oleh klaim ISIS yang mengaku bertanggung jawab atas aksi brutal itu.

"Yang melakukan penyerangan terhadap Kepolisian Indonesia di Jakarta adalah pejuang ISIS," kata kantor berita Amaq seperti dikutip Reuters, Jumat (26/5).


Beragam respon muncul, mulai dari komentar masyarakat, pernyataan Polri, BIN sampai Wakil Presiden RI.

Menarik menyimak pernyataan Wapres RI M. Jusuf Kalla, yang tidak langsung terjebak dalam serangan opini susulan yang dilancarkan ISIS sebagai pihak bertanggungjawab atas peristiwa Bom Kampung Melayu.

"JK menegaskan, klaim ISIS harus dibuktikan." Dan hanya JK yang berani menantang klaim ISIS karena yang lain sepertinya langsung percaya.

"Hal itu biasa (klaim), ingin memperlihatkan dia (ISIS) itu punya jaringan luas. Tapi belum tentu juga kan (ISIS) karena susah diklarifikasi," kata Kalla, di Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Jumat (26/5/2017.

Pernyataan ini bagi sebagian orang dinilai isyarat keraguan Wapres jika pelakunya adalah ISIS. Bahkan lebih dari itu, sejumlah pihak yang menyerap pernyataan JK secara permukaan, menyayangkan karena datangnya dari seorang Wapres ketika semua mata tertuju kepada kelompok perusak ISIS.

Benarkah JK ragu?

Pernyataan JK sebenarnya sudah tepat. Sebagai seorang Wakil Presiden, JK tahu persis jika mengiyakan ISIS sebagai pelaku pemboman, maka pemerintah akan masuk pada trap of opinion yang digalakan ISIS.

Pimpinan sekelas Wapres, mengiyakan ISIS sebagai pelaku teror di negaranya, itu sama saja dengan mengabarkan pada publik bahwa ISIS begitu mudahnya merajalela di negeri ini, dan pemerintah gagal mencegah juga mengontrolnya. Kondisi ini justeru memicu sentimen negatif berupa ketukan publik atau bahkan mudah memunculkan kepanikan.

JK sudah tepat mengungkapkan keraguannya bahwa ISIS sebagai pelaku bom Kampung Melayu. Adapun penanganannya JK pasti tetap percaya sepenuhnya pada kemampuan kinerja kepolisian. Itulah cara JK menjaga wibawa serta kepercayaan publik pada negaranya, sehingga tidak dihinggapi rasa takut berlebihan dan tetap percaya kepada kemampuan Polri dalam menangani teror di mana pun seperti kasus kasus teror sebelumnya.

Ibaratnya, seorang Menteri Keuangan harus mengatakan kondisi ekonomi Indonesia terkendali, meskipun kenyataannya sedang dalam krisis. Semua demi memproteksi sentimen psikologis pasar dan ekonomi dalam negeri. Sebab jika tidak, pelaku pasar bisa panik, rupiah terperosok dan pemilik modal ragu berinvestasi di Indonesia.

Pernyataan JK persis seperti itu. JK sebagai sosok negarawan juga tokoh pendamai konflik tentu sangat paham bagaimana merawat optimisme dan stabilitas nasional pasca serangan teror seperti di Kampung Melayu.

Hal ini dilakukan JK guna melindungi bangsa ini dari perangkap opini ISIS serta kepanikan. JK tidak mau bangsa ini latah hingga memudahkan ISIS masuk ke nusantara serta secara pongah mengklaim wilayah kedaulatan kita di bawah pengaruhnya. Kalau ini terjadi, investor pun jadi berpikir menanamkan modal, betapa ruginya bangsa kita kehilangan kepercayaan yang sangat dibutuhkan agar Indonesia tetap menjadi lahan investasi yang menarik bagi pemodal dalam dan luar negeri.

Pandangan JK harusnya dimaknai, bahwa jika kita percaya pada klaim ISIS, itu sama artinya memperluas jangkauan dan jaringan organisasi brutal tersebut sekaligus ikut membesarkan ISIS.

Apapun tafsirnya, yang utama aksi jahat bom Kampung Melayu segera diselesaikan oleh aparat kepolisian. Kehadiran Jokowi-JK di lokasi kejadian, isyarat kalau Indonesia sudah berada di jalur yang benar dalam menangani aksi terorisme. Membangun semangat kebersamaan dan optimisme.

Dede Kurniawan
Peneliti Madjid Politika

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya