Berita

Pertahanan

Jihad Konyol Teroris di Bulan Ramadhan Harus Diwaspadai

SELASA, 30 MEI 2017 | 14:51 WIB | LAPORAN:

Aksi terorisme kembali menghantam Indonesia belum lama ini. Halte Transjakarta di Kampung Melayu, Jakarta Timur, dibom dua pengikut ISIS yang mengakibatkan tiga anggota polisi tewas dan puluhan orang cedera.

Ironisnya teror ini hanya berselang tiga hari dari bulan Ramadhan 1428 H, di mana umat muslim wajib menjalankan ibadah puasa.

Meski efeknya tidak terlalu besar, teror bom Kampung Melayu tetap menimbulkan kekhawatiran terkait aksi biadab terorisme yang mungkin dilakukan di bulan Ramadan ini.

Pengamat intelijen Prayitno Ramelan mengatakan, ada tiga unsur yang mendasari teror tersebut. Pertama mereka tetap menjadikan polisi sebagai sasaran. Kedua serangan itu, mereka menempatkan diri sebagai instrumen yang melakukan balas dendam karena banyak teman mereka telah jadi korban dan ditangkap di kasus Cicendo, Purwakarta, dan Tuban. Dan ketiga mereka ingin menunjukkan eksistensinya kepada sel-sel terorisme lainnya di Indonesia dan di luar negeri.

"Ini orang-orang Jamaah Ansharud Daulah (JAD) yang memiliki hubungan dengan Aman Abdurrahman dan Bahrun Naim di Suriah. Dengan aksi ini mereka ingin menunjukkan bahwa mereka masih ada dan mungkin saja untuk menimbulkan ketakutan jelang bulan Ramadan," kata Prayitno yang pensiunan bintang dua angkatan udara ini saat dihubungi di Jakarta, Selasa (30/5).

Kendati demikian, lanjut Pray, panggilan karib Prayitno Ramelan, potensi ancaman terorisme di bulan Ramadhan ini tidak terlalu besar, meski tetap ada. Itu karena para pelaku teror di Indonesia, seperti di Kampung Melayu itu, termasuk pelaku kelas bawah yang tidak paham dengan strategi besar ISIS. Mereka terkesan takut melakukan aksi bom di bulan Ramadhan, apalagi bila korbannya orang muslim.

"Intinya, ISIS takut dimusuhi orang Islam sehingga mereka sangat hati-hati dalam melakukan aksi. Makanya mereka menjadikan polisi sebagai target. Inilah yang saya sebut potensi ancaman itu tetap ada karena para pelaku, khususnya yang tergabung dengan JAD itu menggunakan ideologi ISIS yang mereka katakan islam, walaupun islam gak jelas," terang Pray.

Pray menyebut ISIS sebagai Islam tidak jelas karena faktanya kelompok itu menggunakan kekerasan dan perang untuk mewujudkan tujuannya. Sementara Islam bukanlah agama kekerasan, tapi rahmatan lil alamin (damai dan melindungi).

Pray mengaku sempat memperkirakan potensi ancaman kelompok ISIS di bulan Ramadhan cukup besar. Pertimbangannya, selama ini ISIS sering melakukan aksi terornya sembarangan. Itu berbeda dengan kelompok Al Qaeda yang sangat berhati-hati memilih sasarannya agar tidak dimusuhi rakyat Indonesia, khususnya umat muslim. Namun seiring berjalannya waktu, ISIS kelihatannya juga akan melakukan hal yang sama agar tidak dimusuhi masyarakat, apalagi mereka selama ini sering bersembunyi di tengah masyarakat.

"Memang potensi aksi di bulan Ramadan ini kecil, tapi kita tetap harus waspada. Pasalnya, yang sel-sel kecil ini biasanya tidak berpikir pintar dan hanya sekadar ingin melampiaskan dendamnya saja sehingga bisa saja mereka melakukan aksi, terutama dengan sasaran aparat kepolisian," imbuh Pray.

Sel-sel kecil itu, lanjut Pray, itu juga banyak yang tidak paham strategi besar ISIS yang ingin menunjukkan sebagai organisasi besar, eksis di Indonesia, dan mengusung tujuan khilafah tapi dengan jalan perang. Cara ini berbeda dengan yang dilakukan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menggunakan jalur politik untuk membuat negara khilafah. Bahkan jalur politik saat ini juga dilakukan Al Qaeda.

"Seperti pelaku di Kampung Melayu kemarin, mereka itu tidak paham. Hasilnya misi bunuh diri mereka gak sesuai misi besar ISIS. Itu karena mereka didoktrin hanya untuk berjihad saja, sementara pemahaman agamanya rendah sehingga mereka hanya melakukan jihad konyol. Intinya mereka didoktrin balas dendam akibat kawan mereka ditangkap dan dihabisi polisi," pungkas Pray.[wid]


Populer

Demo di KPK, GMNI: Tangkap dan Adili Keluarga Mulyono

Jumat, 20 September 2024 | 16:22

Mantan Menpora Hayono Isman Teriak Tanah Keluarganya Diserobot

Jumat, 20 September 2024 | 07:04

Makin Ketahuan, Nomor Ponsel Fufufafa Dicantumkan Gibran pada Berkas Pilkada Solo

Senin, 23 September 2024 | 09:10

Pasukan Berani Mati Bela Jokowi Pembohong!

Minggu, 22 September 2024 | 14:03

Roy Suryo: Akun Fufufafa 99,9 Persen Milik Gibran

Kamis, 19 September 2024 | 10:39

Kejagung di Bawah ST Burhanuddin, Anak Buah Jalan Masing-masing

Rabu, 25 September 2024 | 17:11

Akun Fufufafa Ganti Nama dari Gibran jadi Slamet Gagal Total

Senin, 23 September 2024 | 08:44

UPDATE

Bank Mandiri Berkomitmen Bakal Terus Aktif Tingkatkan Prestasi Olahraga Nasional

Minggu, 29 September 2024 | 22:06

Keluarga Kesultanan Kutaringin Yakin Agustiar Sabran Layak Pimpin Kalteng

Minggu, 29 September 2024 | 22:01

Hidayatullah: HIRO Hadir Untuk Membawa Medan Berdaya dan Berjaya

Minggu, 29 September 2024 | 21:52

BKSAP Luncurkan Buku Sekaligus Deklarasi Pembentukan Asosiasi Parlemen Berbahasa Indonesia-Melayu

Minggu, 29 September 2024 | 21:24

Indikator: Popularitas Khofifah Indar Parawansa Moncer di Pilgub Jatim

Minggu, 29 September 2024 | 20:36

Polisi Cari Penyebar Pertama Video Pembubaran Diskusi FTA

Minggu, 29 September 2024 | 20:07

JaDI Sumut: Prof Ridha Sudah Tepat Mengadu ke Bawaslu

Minggu, 29 September 2024 | 19:56

Rudy Mas'ud Punya Utang Rp137 Miliar, Komitmen Pemberantasan Korupsi Dipertanyakan

Minggu, 29 September 2024 | 19:55

Unggul Polling, Tim Robinsar-Fajar Optimistis Menang di Cilegon

Minggu, 29 September 2024 | 19:48

Perkuat Kebersamaan, Kritikus Politik Ini Ajak Puluhan Tokoh Bahas Perubahan

Minggu, 29 September 2024 | 19:43

Selengkapnya