Umat muslim di Taiwan adalah minoritas di antara minoritas. Dari sekitar 20 juta warganegara Taiwan, hanya sekitar 50 ribu orang yang beragama Islam.
Sementara itu, dalam beberapa tahun belakangan ini Taiwan semakin populer di kalangan muslim dunia dan jumlah umat Muslim yang menetap di Taiwan semakin banyak.
"Tahun ini Taiwan berada di posisi ketujuh dalam daftar negara non OKI (Organisasi Konferensi Islam) yang paling banyak dikunjungi umat Muslim," ujar Sekjen Asosiasi China Muslim, Salahuddin Ma, di depan peserta Perkemahan Pertukaran Pemuda Islam 2017 di Taipei, Selasa (16/5).
Salahuddin Ma mengutip data Global Muslim Travel Index (GMTI). Setidaknya, kini ada sekitar 200 ribu orang asing beragama Islam yang menetap di Taiwan.
Agama Islam tiba pertama kali di Taiwan pada abad ke-17 di era Kerajaan Tunging. Jejak Islam di Taiwan dari era itu tidak dapat ditemukan lagi karena dihancurkan oleh pemerintahan kolonial Jepang yang menduduki Taiwan dari 1895 hingga akhir Perang Dunia Kedua di tahun 1945.
Gelombang kedua kedatangan orang Islam terjadi tahun 1949, bersamaan dengan berakhirnya Perang Saudara yang dimenangkan Partai Komunis China. Umat Islam dari China daratan ikut menyeberang ke Taiwan bersama Kuomintang yang kalah dalam perang itu.
Sambung Salahuddin yang juga Wakil Presiden Asosiasi Pembangunan Integritas Halal Taiwan, gelombang kedatangan orang asing beragama Islam terjadi lagi pada era 1960an, 1980an dan 2000an, di tengah pertumbuhan ekonomi Taiwan yang terus meningkat.
Fenomena kedatangan orang asing beragama Islam yang semakin banyak mendorong pemerintah Taiwan berusaha keras meningkatkan
public service agar lebih bersahabat dengan nilai-nilai yang diperbolehkan ajaran Islam. Berbagai hal dilakukan, seperti membangun industri makanan halal dan turisme hal, juga menyediakan ruang shalat di tempat umum.
Namun demikian, bukan berarti umat muslim Taiwan tidak menghadapi masalah.
Menurut Salahuddin Ma, umat muslim Taiwan justru sedang menghadapi sejumlah masalah yang pelik.
"Tidak mudah menjadi minoritas, apalagi berbagai pemberitaan media yang dipengaruhi perspektif Barat memotret muslim sebagai kelompok yang jahat dan kerap terlibat konflik dan terorisme. Ada kecenderungan umat muslim, terutama anak-anak khawatir mengatakan dirinya orang Islam di depan umum," jelas Salahuddin.
Masalah kedua yang dihadapi umat muslim Taiwan adalah keterisolasian karena jumlahnya yang kecil. Umat muslim Taiwan juga mengikuti tren umum yang sedang terjadi di tengah masyarakat Taiwan, yakni pertumbuhan penduduk yang menua.
Dua masalah lain yang dihadapi umat muslim Taiwan adalah kurangnya pengetahuan dan tingkat ekonomi yang lemah.
"Perlu bagi umat muslim Taiwan untuk memperkuat hubungan dengan saudara Muslim dari berbagai negara, dan mengerjakan berbagai projek yang bisa meningkatkan tingkat ekonomi Muslim Taiwan," demikian Salahuddin Ma.
[wid]