Berita

RMOL

Dunia

Paektu, Gunung Sakral Pengingat Perjuangan Bangsa Korea

SELASA, 25 APRIL 2017 | 23:19 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Panitia Persiapan Kawasan Asia Pasifik dan Panitia Persiapan Indonesia ‎untuk Persiapan Pertemuan Mengenang Orang-orang Besar Gunung Paektu menggelar acara seminar bertema 'Mount Paektu and Korea Today' di Park Lane Hotel, Kuningan, Jakarta (Selasa, 25/4).

Seminar yang dilakukan secara elektronik diikuti 14 partisipan dari kawasan Asia Pasifik dan dihadiri oleh Duta Besar Republik Rakyat Demokratik Korea atau Korea Utara An Kwang Il, Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Ristiyanto, dan Sekjen Teguh Santosa. ‎Termasuk, pendiri Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Rachmawati Soekarnoputri.

‎Dijelaskan Ristianto bahwa Gunung Paektu yang terletak di utara Republik Demokratik Rakyat Korea memiliki nilai sakral tersendiri bagi bangsa Korea. Pasalnya, saat Kekaisaran Jepang menduduki Semenanjung Korea pada dekade pertama abad 20, para pejuang Korea yang dipimpin Kim Il Sung berkumpul di gunung yang memiliki tinggi 2.744 meter di atas permukaan laut itu.


"Mereka mendirikan tentara rakyat dan merancang perlawanan terhadap tentara Jepang ‎di Gunung Paektu," kata Ristianto.

Tidak hanya itu, Gunung Paektu semakin sakral karena menjadi tempat kelahiran Kim Jong Il. Ayah dari pemimpin Korea Utara Kim Jong Un itu lahir ketika ayahnya sedang menyusun perlawanan melawan Jepang.

"Jadi, setiap nama Gunung Paektu itu disebutkan maka bangsa Korea akan mengenang para pendiri bangsanya melawan para penjajah," jelas Ristianto.

"Selama Gunung Paektu itu berdiri, selama itulah bangsa Korea akan tetap mengingat jati diri mereka sebagai bangsa yang berdaulat dan merdeka," sambungnya berapi-api.

Ristianto pun teringat slogan Proklamator RI Bung Karno 'Jangan sekali-kali melupakan sejarah' atau lebih dikenal sebagai Jasmerah. Kata Bung Karno, bangsa yang melupakan sejarah para pendirinya akan digilas oleh perubahan zaman.

"Bangsa yang bukan saja melupakan sejarah tetapi mengingkari sejarah kelahiran bangsanya akan menjadi bangsa yang sia sia. Bangsa yang hidup abadi di dalam penjajahan adalah bangsa kuli di antara bangsa-bangsa lain," pungkas Ristianto.

Adapun, pertemuan untuk mengenang orang-orang besar Gunung Paektu akan digelar di Pyongyang pada Agustus nanti.‎ [wah]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

BNN-BNPP Awasi Ketat Jalur Tikus Narkoba di Perbatasan

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:09

Perkuat Keharmonisan di Jakarta Lewat Pesona Bhinneka Tunggal Ika

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:01

Ahmad Doli Kurnia Ditunjuk Jadi Plt Ketua Golkar Sumut

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:47

Ibas: Anak Muda Jangan Gengsi Jadi Petani

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:26

Apel Besar Nelayan Cetak Rekor MURI

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:19

KPK Akui OTT di Kalsel, Enam Orang Dicokok

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:12

Pemerintah Didorong Akhiri Politik Upah Murah

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:00

OTT Jaksa oleh KPK, Kejagung: Masih Koordinasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:53

Tak Puas Gelar Perkara Khusus, Polisi Tantang Roy Suryo Cs Tempuh Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Menkeu Purbaya Bantah Bantuan Bencana Luar Negeri Dikenakan Pajak

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Selengkapnya