Berita

Anak-anak korban gas sarin/net

Dunia

Lebih Jauh Mengenal Gas Sarin

SABTU, 08 APRIL 2017 | 08:59 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Gas sarin diduga kuat sebagai senjata kimia yang membunuh puluhan nyawa warga sipil di kawasan Khan Sheikhoun yang dikuasai pemberontak Suriah, Selasa lalu.

Dugaan itu dilontarkan pejabat intelijen Amerika Serikat, Doctors Without Borders dan badan kesehatan PBB. Presiden AS Donald Trump menuduh pemerintah Bashar Al Assad berada di balik penggunaan gas itu dan menyebut tindakan itu sebagai "penghinaan terhadap kemanusiaan".

Pada Kamis malam, militer AS melancarkan lebih dari 50 rudal jelajah ke pangkalan udara militer Suriah untuk menanggapi serangan kimia tersebut.


Abdel Hay Tennari, seorang dokter yang bekerja di rumah sakit provinsi Idlib, mengatakan yakin serangan itu menggunakan sarin atau gas yang sangat serupa.

Pada hari pengeboman, rumah sakitnya merawat 22 pasien yang menunjukkan tanda-tanda jelas dari pengaruh sarin dan para pasien langsung "merespons segera" ketika mereka diberi pralidoksim, sebuah penawar sarin.

Apakah Sarin? Zat ini dikenal sebagai GB. Ia tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau dalam bentuk murni. Ia adalah senjata kimia buatan manusia yang diklasifikasikan sebagai agen saraf oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS.

CDC menyebut Sarin umumnya berupa cairan, namun dapat menguap menjadi gas dan menyebar ke lingkungan.
 
Karena sarin tidak berbau dan berasa, sulit bagi orang untuk tahu kapan mereka telah terkena. Gejala dari paparan gas sarin antara lain terus menerus keluar cairan dari hidung, sakit mata, air liur keluar, keringat berlebihan, bernapas sangat cepat, batuk, peningkatan buang air kecil dan mual.

Eksposur lebih ekstrim dapat menyebabkan kehilangan kesadaran, kelumpuhan, kejang dan gagal pernafasan, yang semuanya bisa mengakibatkan kematian.

Pralidoksim dan Atropin bekerja sebagai penangkal untuk sarin. Sayangnya, setelah serangan hari Selasa itu, rumah sakit provinsi Idlib hanya mampu menggunakan sejumlah dosis pralidoksim karena biaya yang tinggi dan kesulitan mendapatkannya. Atropin, yang jauh lebih murah, dapat digunakan untuk melawan kasus moderat keracunan sarin.

Kapan sarin pertama kali diproduksi? Sarin pertama kali diproduksi oleh kimiawan Gerhard Schrader dan timnya di Jerman pada akhir 1930-an. Nama ini merupakan akronim dari empat ilmuwan yang menciptakannya: Gerhard Schrader, Otto Ambros, Gerhard Ritter, dan Hans-Jürgen von der Linde.

Pemimpin Nazi Jerman, Adolf Hitler, disebut-sebut pernah tertarik menggunakan sarin sebagai senjata melawan pasukan Sekutu selama Perang Dunia II, tetapi dia tidak melakukannya.

Pada 2013, sebuah tim PBB yang mengawasi senjata kimia mengungkapkan bahwa sarin telah digunakan dalam serangan yang menewaskan 1.400 pria, wanita dan anak-anak di Ghouta, pinggiran di pinggiran Damaskus, Suriah.

Pemerintah Suriah membantah bertanggung jawab atas serangan itu. Tragedi tahun 2013 itu adalah serangan bahan kimia terburuk dalam peperangan global sejak pembantaian Halabja, di mana pasukan Irak yang dipimpin oleh Saddam Hussein dituduh menewaskan ribuan warga sipil menggunakan gas.

Sarin juga digunakan oleh sekte Shoko Asahara dalam serangan kereta bawah tanah di Tokyo pada 1995. Serangan itu menewaskan 12 orang. Anggota sekte itu menggunakan ujung payung mereka untuk menusuk kantong plastik yang diisi dengan sarin cair di kereta bawah tanah. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya