Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Perilaku Kepemimpinan Pemerintahan Transactional Oriented Behavior

SENIN, 13 MARET 2017 | 23:10 WIB | OLEH: GDE SIRIANA

SETIAP Kepala daerah petahana selalu bicara bukti dalam kampanyenya saat melawan penantang. Padahal dulu sebelum petahana terpilih kampanye nya juga dianggap sebatas janji. Dan hal seperti ini terus berulang karena selalu diadopsi petahana sebagai komunikasi politiknya. Sementara di sisi lain, memori kolektif publik semakin pendek jangkauan melihat ke belakang.

Persoalannya bukan soal janji atau bukti, tapi soal karakter dan kompetensi yg dimiliki calon kepala daerah.

Dalam karakter ada sifat-sifat kepribadian seperti integritas (kejujuran), responsibility, kepekaan terhadap sosial, spiritualitas, nilai-nilai dalam kehidupan, respek terhadap orang lain.


Karakter perlu didampingi oleh kompetensi (skills) sehingga kepala daerah dapat berperilaku sebagai pemimpin yANg efektif dalam menghadapi berbagai situasi yang kontekstual.

Sayangnya dalam proses rekrutmen, karakter dan kompetensi seorang calon kepala daerah tidak menjadi faktor utama. Kepentingan politik dan kapital (sebagai salah satu contigency factor) menguasai proses demokrasi prosedural ini dari hulu sampai hilir.

Masyarakat tidak berperan dalam proses seleksi calon kepala daerah untuk menguji karakter dan kompetensi para calon. Padahal karakter dan kompetensi dapat dijadikan acuan untuk memprediksi perilaku pemimpin menjalankan pemerintahan.

Fakta yang terjadi selama ini, perilaku kepemimpinan lebih banyak menyerupai transactional-oriented behavior. Proses relasi antara kepala daerah dengan stake holder semata-mata hanya bersifat transaksional, berkisar pada 'saya dapat apa' dan 'anda dapat apa'.

Banyaknya kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah dan konflik antara kepala daerah dengan masyarakat menjadi bukti bahwa perilaku kepala daerah seringkali menjadi sumber masalah dan konflik.

Karakter dan Kompetensi belum cukup tanpa adanya komitmen. Komitmen inilah yang menjamin wujud perilaku kepala daerah berorientasi pada kepentingan rakyat, pada nilai-nilai budaya yang berkembang di masyarakat dan pada etika perilaku pemerintahan.

Komitmen ini harus dapat dirasakan oleh masyarakat sejak awal sampai akhir masa jabatan kepala daerah. Sehingga trust menjadi feedback terhadap kepemimpinan kepala daerah. [***]

Penulis adalah pengamat dari Soekarno Institute for Leadership

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya