Sekelompok mahasiswa yang demonstrasi di kediaman Ketua Umum DPP Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah salah fokus. Pasalnya, sebagai kelas menengah terpelajar seharusnya mahasiswa mengambil posisi independen yang kritis terhadap pemerintah, bukan pada satu orang.
Begitu kata analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang juga eksponen aktivis '98 Ubedilah Badrun dalam keterangan yang diterima redaksi, Selasa (7/2).
"Saya sebut salah fokus sebab posisi mahasiswa sebagai kelas menengah terpelajar seharusnya mengambil posisi independen yang kritis terhadap pemerintah, bukan pada satu orang," ujarnya.
Menurutnya, masalah bangsa saat ini bukan SBY, tetapi rezim saat ini yang salah kelola negara hingga mengakibatkan kelesuan ekonomi yang cukup lama. Kesenjangan ekonomi kini bahkan telah mencapai rasio gini yang tinggi sebesar 0,41.
"Belum lagi, utang negara yang melambung kurang lebih Rp 3.800 triliun, dominasi asing yang terlalu besar hingga melebihi 53 persen di sejumlah sektor, dan pengangguran yang terus bertambah di tingkat lulusan SLTA yang mencapai 1,3 juta lebih," sambungnya.
Selain salah kelola ekonomi, lanjut Ubed, rezim saat ini juga gagal mengelola harmoni sosial politik karena perilaku politik rezim justru membuka lebar ruang disharmoni. Seperti membuka ring bagi munculnya para petarung.
Ini terlihat dari komunikasi politik yang saling menyerang di antara elit politik dan bahkan dengan tokoh agama.
"Jika setiap episode sejarah selalu menyalahkan rezim masa lalu kita tak kan pernah maju. Sebab jika dikorek masa lalu mantan Presiden tidak hanya SBY, semuanya menyimpan sejumlah persoalan serius, dari Soekarno, Soeharto, Habibie, Gusdur, sampai Megawati dan SBY. Mungkin nanti menyusul Jokowi," kata Ubed.
Ubed mengindikasi bahwa gerakan mahasiswa yang salah fokus ini bukan murni gerakan mahasiswa. Melainkan mahasiswa yang digerakkan atau dimanfaatkan oleh kelompok politik tertentu yang memiliki masa lalu dengan SBY.
"Ada semacam konstruksi berfikir historis yang dipaksakan, yang lompat dari realitas saat ini, lalu menjadi alat untuk menjatuhkan kesalahan pada SBY semata. Saya berharap gerakan mahasiswa segera kembali on the track. Kembali pada khittohnya sebagai moral force, oposisi permanen dan agent of changes," pungkasnya.
[ian]