Human Rights Working Group (HRWG) mengkritik proyeksi politik luar negeri Indonesia 2017 yang tidak meletakkan hak asasi manusia (HAM) sebagai prioritas diÂplomasi. HAM malah disebut pada poin terakhir atau poin ke-14 dari fokus diplomasi 2017.
Direktur eksekutif HRWG, Muhammad Hafiz menilai, komitmen politik luar negeri Indonesia ke depan masih menÂgacu pada paradigma developÂmentalism, yaitu dengan menÂjaga perdamaian, keamanandan stabilitas kawasan unÂtuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Hak asasi manusia harusÂnya menjadi landasan utama bagi setiap kebijakan, termasuk kebijakan luar negeri. Perlu diÂlihat, problem mendasar dunia dewasa ini adalah meningkatnya konservatisme akibat rezim yang dipilih secara demokratis tidak menjadikan HAM seÂbagai dasar kebijakannya," katanya di Jakarta.
Hafiz mengingatkan, Indonesia bersama dengan India, Brazil dan Afrika Selatan adaÂlah negara demokrasi baru pada tingkat global. Kelompok ini mempunyai
'soft power' dalam bentuk demokrasi dan pengÂhargaan pada HAM yang telah mengubah kancah kekuatan politik dan diplomasi interÂnational di bidang demokrasi dan HAM.
"Jika HAM tidak dijadikan fokus pada kebijakan pemerintah Indonesia, maka Indonesia akan selalu gagap menyikapi persoalan-persoalan akibat praktik intoleran di dunia yang trennya menguat. Sebut saja problem politisasi agama. Tanpa menggunakan argumentasi HAM, demokrasi kita akan terjebak pada tirani mayoritas," tuturnya.
Program Manager HRWG, Daniel Awigra mengatakan, kinerja diplomasi pemerintah Indonesia patut diapresiasi, khususnya pada isu Palestina dan Rohingya.
"Kunjungan Menlu ke Myanmar baru-baru ini menunjukkan keprihatinan dan kepedulian Indonesia atas kriÂsis kemanusian di kawasan. Hal ini juga bisa dilihat sebagai bentuk kepercayaan pemerinÂtah Myanmar. Selain itu, upaya semacan ini adalah preseden yang baik untuk ASEAN keluar dari paradigma lama soal non-intervensi," katanya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyampaikan, ada 14 hal yang akan menjadi fokus diÂplomasi Indonesia pada 2017. Pertama, penguatan kontribusi Indonesia pada ASEAN dan kontribusi konkret ASEAN di kawasan. Kedua, mengoptimalÂkan dukungan bagi pencalonan Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB demi berkontribusi nyata bagi perdamaian global.
"Diplomasi Indonesia juÂga tidak akan meninggalkan komitmen global di berbagai bidang. Komitmen dalam perÂlindungan dan pemajuan HAM akan ditegaskan melalui pelapÂoran ketiga
Universal Periodic Review di Dewan HAM PBB," katanya.