PT Aneka Tambang/Antam (Persero) Tbk menargetkan volÂume penjualan sepanjang 2017 naik 24,87 persen atau sebanyak 24.100 nikel dalam feronikel (TNi) dibanding tahun sebelumÂnya hanya 19.300 TNi.
Sekretaris Perusahaan Antam, Trenggono Sutioso mengatakan, selain penjualan yang berasal dari produksi tambang Pongkor dan Cibaliung, volume penÂjualan emas juga akan didukung dari kegiatan trading (dagang).
"Target volume penjualan emas Antam tahun ini tidak berÂbeda jauh dari target penjualan 2016, hanya sebesar 11,4 ton emas," ujarnya, melalui siaran pers, akhir pekan.
Sementara dari sisi volume produksi, ia memproyeksikan sebanyak 24.100 TNi atau lebih tinggi 30 persen dibandingkan dengan target tahun sebelumÂnya sekitar 18.500 TNi.
Menurutnya, peningkatan target ini terutama karena seleÂsainya proyek perluasan pabrik feronikel Pomalaa, Sulawesi Tengara yang saat ini tengah dilakukan tahap sinkronisasi integrasi operasi.
Karenanya, perseroan menarÂgetkan mampu memproduksi komoditas emas mencapai 2.270 kilogram dari tambang emas Pongkor dan Cibaliung, lebih tingÂgi dibandingkan target produksi emas pada 2016 sekitar 2.256 kg.
"Target operasi komoditas utama Antam pada tahun ini lebih tinggi dari target tahun sebelumnya. Untuk feronikel, kami targetkan peningkatan produksi 30 persen menjadi 24.100 TNi dan emas mencapai 2.270 kg," katanya.
Sebelumnya, perseroan telah menjalin kerja sama dengan Badan Geologi Kementerian ESDM (EnÂergi Sumber Daya dan Mineral) untuk melakukan penyelidikan dan pengembangan teknologi ekÂsplorasi di bidang geologi khususÂnya terkait sumber daya mineral logam, khususnya emas.
Direktur Utama Antam, Tedy Badrujaman mengatakan, sebaÂgai perusahaan berbasis sumber daya alam, penemuan cadangan baru diperlukan untuk menjaÂmin keberlanjutan perusahaan. Sehingga, kegiatan eksplorasi adalah komitmen investasi jangka panjang.
"Kami harap bisa memanÂfaatkan data hasil penelitian yang ada untuk memberikan arahan area eksplorasi. Jadi, bisa meningkatkan rasio sukses keberhasilan penemuan cadanÂgan baru," katanya.
Dalam program kerjasama teknis, kata dia, pelaksanaannya diusulkan dalam dua tahap yakni Tahap I (2017-2018) dengan sasaran memperoleh wilayah berpotensi emas yang dapat direkomendasikan untuk WIUP (Wilayah Izin Usaha PertambanÂgan) Emas fokus pada zona konÂvensional (sabuk magmatik).
Pelaksananya adalah Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP), dan didukung oleh Pusat Survei Geologi (PSG), Badan Geologi Kementerian ESDM.
Sedangkan Tahap II (2019-2021), dengan sasaran menÂemukan indikasi atau model endapan baru emas dalam lingkungan metamorf untuk mendapatkan wilayah prospek baru yang lebih luas. PelaksanÂanya yakni Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi PSDMBP dan Pusat Survei Geologi (PSG), Badan Geologi Kementerian ESDM.
"Dibutuhkan kerjasama antara kedua belah pihak untuk bertukar ilmu pengetahuan agar menghasilkan informasi sumÂber daya mineral," tandasnya.
Pada 2015, Badan Geologi telah mengidentifikasi bahwa Indonesia memiliki potensi sumber daya mineral emas seÂbanyak 6.513 ton dan cadangan sebesar 2.537 ton. ***