Berita

Foto/Net

Bisnis

Underpass Mampang-Kuningan 800 Meter Segera Dibangun

Warga Senang Kemacetan Bisa Terurai
SENIN, 16 JANUARI 2017 | 09:53 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Dari pantauan Rakyat Merdeka, di sekitar lokasi yang akan dibangun sudah diberi pembatas pengerjaan. Informasi pemban­gunan underpass juga sudah disosialisasikan menggunakan banner raksasa. Misalnya terlihat di traffic light Jalan Buncit Raya dan Jalan Kuningan Barat.

Panjang underpass Mampang- Kuningan bakal mencapai sekitar 800 meter dengan lebar 20 meter atau empat lajur jalan. Underpas ini akan 'mengolongi' fly over yang ada di Jalan HR Rasuna Said yang menghubungkan Kuningan dan Mampang Prapatan.

Sejumlah pengendara yang ditemui Rakyat Merdeka men­gaku senang jika proyek under­pass Mampang-Kuningan segera akan dieksekusi.


Menurut mereka, persim­pangan yang menghubungkan Mampang dengan Kuningan itu memang kerap dilanda kemacetan karena bertemu lampu merah dua kali di jarak yang amat berdekatan.

"Bagus deh kalau mau diban­gun. Bayangin aja macetnya itu kadang sampai ke depan Kantor Imigrasi. Ini gara-garanya ada lampu merah di depan Pasar Mam­pang dan di depan tanah kosong," ujar Suryani, seorang pengendara roda dua di kawasan tersebut.

Pengendara roda dua lain­nya, Wahyu Putro juga men­gaku senang. "Senang Bang. Ini baru namanya kemajuan," celetuknya.

Dari penelusuran Rakyat Merdeka, korporasi yang bakal mengerjakan proyek ini ada­lah PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Lingkup pekerjaan proyek tersebut bagi Adhi Karya adalah desain dan bangun (design and build) dengan waktu pelaksanaan sekitar 392 hari.

Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Yusmada Faizal mengatakan, tujuan akan diban­gunnya underpass ini untuk memperlancar arus kendaraan dari arah Mampang menuju Kuningan maupun sebaliknya.

Pemenang lelang pembangu­nan underpass tersebut, lanjut Yusmada, sudah diputuskan pada 18 November tahun lalu

"Underpass Mampang-Kun­ingan kita targetkan rampung tahun ini," ujarnya.

Menurut Yusmada, underpass ini bagian dari enam pembangunan simpang tak sebidang yang dikerja­kan Pemprov DKI. Enam simpang tak sebidang itu terdiri dari tiga flyover (FO) dan tiga underpass.

"Masing-masing yakni, FO Pancoran, FO Bintaro dan FO Cipinang Lontar. Sedangkan un­tuk underpass yaitu, underpass Mampang Prapatan-Kuningan, underpass Matraman-Salemba dan underpass Kartini atau sim­pang Jalan Arteri Pondok Indah menuju Ciputat," tandasnya.

Kepala Seksi Pembangunan Simpang Tidak Sebidang, Di­nas Bina Marga DKI Jakarta Hananto Krisna menambahkan, anggaran yang disediakan un­tuk pembangunan underpass ini sekitar Rp 200 miliar, dan ditargetkan perampungannya Desember 2017.

Diharapkannya, pasca under­pass ini rampung maka kend­araan dari Kuningan menuju Jalan Mampang Prapatan dan sebaliknya tidak perlu lagi ber­henti lama di lampu merah yang ada di persimpangan Jalan HR Rasuna Said. Dengan begitu di­harapkan warga maupun pekerja yang melintas tidak mengeluh lagi terjebak macet.

"Ini juga mendukung operasi Transjakarta koridor 6 dan kori­dor 9," tandasnya.

Paling Tiga Bulan Lancar, Setelah Itu Macet Lagi Deh...

Pembangunan underpass Mampang-Kuningan diktirik se­jumlah kalangan. Mereka menilai proyek pembangunan tersebut tidak akan berhasil mengatasi kemacetan di daerah itu.

Pengamat transportasi Azas Tigor Nainggolan menilai, un­derpass bukanlah solusi untuk mengurai kemacetan di Jakarta secara umum dan di kawasan Mampang-Kuningan secara khusus. Artinya, pembangunan underpass hanyalah upaya yang buang waktu dan tenaga.

"Percaya deh nanti setelah selesai (dibangun) paling dua atau tiga bulan lancar, setelah itu kawasan Mampang-Kuningan kembali macet lagi. Jadi under­pass itu sifatnya hanya sementara saja alias temporary. Tidak me­nyelesaikan masalah," paparnya kepada Rakyat Merdeka.

Menurut bekas Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) ini, secara umum penyebab utama kemacetan Mampang dan Kuningan adalah bertambahnya kendaraan peribadi. Polda Metro pernah melansir bahwa tiap ta­hun jumlah motor dan mobil di Jakarta diperkirakan meningkat sebesar 12 persen.

Pembangunan underpass Mampang-Kuningan dinilainya telah menyia-nyiakan kehadiran Jalur Transjakarta Ragunan-Du­kuh Atas. Seharusnya jika mau mengurai kemacetan, pemerin­tah daerah cukup mendorong pekerja atau warga yang melalui Jalan Rasuna Said untuk mau menggunakan busway.

"Terus buat apa ada Jalur Khusus busway Ragunan-Dukuh Atas dong," tegasnya.

Untuk itu, lanjut dia, Pemprov DKI diharapkan bisa lebih arif mencari solusi untuk mengurai kemacetan di Jakarta. Paling tidak, ada dua solusi yang bisa ditawarkan, yakni kendalikan penggunaan kendaraan pribadi serta meningkatkan lagi kualitas dan kuantitas angkutan massal. "Dua solusi itu pasti bisa mengu­rai kemacetan. Jadi jangan ban­gun jalan baru lagi," tandasnya.

Ketua Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit menilai, ideal­nya 60 persen masyarakat yang beraktivitas memang beralih ke transportasi massal. Kenyataan­nya, penggunaan kendaran prib­adi justru semakin dominan.

Sampai saat ini, lanjutnya, be­lum dilakukan upaya untuk men­gurangi kemacetan di Jakarta dengan cara menginterkoneksi­kan permukiman dengan stasiun kereta maupun halte kendaraan umum. Selama ini pembangunan permukiman, sekolah, lokasi bisnis, serta jaringan transportasi dilakukan sendiri-sendiri.

Makanya, ke depan pusat aktivitas dan permukiman perlu ditata dekat dengan stasiun atau halte. Upaya ini penting untuk mendorong masyarakat meng­gunakan angkutan massal.

"Jika kondisinya seperti itu, pasti masyarakat punya ke­nikmatan lebih tinggi dalam menggunakan kendaraan umum. Ini juga harus diiringi dengan peningkatan kualitas angkutan umum," tandasnya. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya