Berita

Politik

Pidato Yang Dibacakan Megawati Ditulis Kelompok Anti-Islam?

JUMAT, 13 JANUARI 2017 | 10:55 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Pidato yang disampaikan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada acara HUT ke-44 PDIP pada Selasa kemarin menuai pro-kontra.

Pihak yang keberatan menilai isi pidato tersebut berbahaya karena bisa menyulut konflik di tengah masyarakat. Namun umat Islam jangan sampai terprovokasi, lalu menyerang Mega. Karena Mega hanya membacakan pidato yang disiapkan orang-orang yang anti Islam

Benarkah bukan Megawati sendiri yang menyiapkan dan menulis isi pidatonya?


"Emang Mbak Mega (seorang) penulis?" ujar politikus PDIP Eva Sundari saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL pagi ini.

Diakuinya ada tim yang menyiapkan isi pidato yang disampaikan Megawati tersebut. Karena yang akan menyampaikan pidato tersebut adalah Megawati selaku Ketua Umum DPP PDI Perjuangan.

"Semua ketua umum partai juga seperti itu," ungkapnya. [Baca: PDIP: Pidato Megawati Mendapat Sambutan Luar Biasa]

Dia menilai orang-orang yang tidak senang dengan isi pidato Megawati akan terus mencari-cari kelemahan Presiden ke-5 tersebut. [Baca: PDIP: Kelompok Islam Eksklusif Pasti Terganggu Dengan Pidato Megawati]

Sebelumnya sejumlah pihak menyayangkan isi pidato Mega tersebut. Salah satunya pakar otonomi daerah, Prof. M. Ryaas Rasyid.

Berikut pernyataan Prof. M. Ryaas, yang pada masa Pemerintahan Gus Dur-Mega, menjabat sebagai Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.

Saya kenal lama dengan megawati. Saya tahu batas kemampuannya berpidato dan berkomunikasi. Dari materi itu saya yakin dia hanya membacakan. Penulis pidatonya pasti seorang yg anti-Islam atau  sangat takut pada kebangkitan Islam atau mau menempatkan PDIP pada garis depan konfrontasi nasionalis thdp Islam. Ini sangat berbahaya. Ummat Islam jangan lsg terpancing atau terprovokasi untuk lawan megawati apalagi menempatkannya sebagai sasaran. Tujuan mereka agar ummat menyasar ke mega karena mega akan otomatis dibela kaum marhaenis. Ini yg ingin dibenturkan oleh kekuatan anti Islam itu. Wallahu alam.


Dalam pidato pada Selasa lalu, Megawati memang berbicara soal kelompok yang menurutnya menghendaki keseragaman dalam berpikir dan bertindak, dengan memaksakan kehendak. Dia pun menyinggung soal Aksi Bela Islam, terutama yang terakhir, yaitu gerakan 212 yang turun dengan jumlah besar. Meski memang dalam pidatonya Mega menyebut penghujung tahun 2015, namun diyakini maksudnya adalah 2016.

Berikut cuplikan pidato Megawati.

Peristiwa di penghujung tahun 2015, telah menggugah sebuah pertanyaan filosofis dalam diri saya: cukupkah bagi bangsa ini sekedar memperingati 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila? Dari kacamata saya, pengakuan 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila, memuat suatu konsekuensi ideologis yang harus dipikul oleh kita semua. Dengan pengakuan tersebut, maka  segala keputusan dan kebijakan politik yang kita produksi pun, sudah seharusnya bersumber pada jiwa dan semangat nilai-nilai Pancasila 1 Juni 1945.

Apa yang terjadi di penghujung tahun 2015, harus dimaknai sebagai cambuk yang mengingatkan kita terhadap pentingnya Pancasila sebagai pendeteksi sekaligus tameng proteksi” terhadap tendensi hidupnya ideologi tertutup”, yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Ideologi tertutup tersebut bersifat dogmatis. Ia tidak berasal dari cita-cita yang sudah hidup dari masyarakat.

Ideologi tertutup tersebut hanya muncul dari suatu kelompok tertentu yang dipaksakan diterima oleh seluruh masyarakat. Mereka memaksakan kehendaknya sendiri; tidak ada dialog, apalagi demokrasi. Apa yang mereka lakukan, hanyalah kepatuhan yang lahir dari watak kekuasaan totaliter, dan dijalankan dengan cara-cara totaliter pula. Bagi mereka, teror dan propaganda adalah jalan kunci tercapainya kekuasaan.

Syarat mutlak hidupnya ideologi tertutup adalah lahirnya aturan-aturan hingga dilarangnya pemikiran kritis. Mereka menghendaki keseragaman dalam berpikir dan bertindak, dengan memaksakan kehendaknya. Oleh karenanya, pemahaman terhadap agama dan keyakinan sebagai bentuk kesosialan pun dihancurkan, bahkan dimusnahkan. Selain itu, demokrasi dan keberagaman  dalam ideologi tertutup tidak ditolelir karena kepatuhan total masyarakat menjadi tujuan. Tidak hanya itu, mereka benar-benar anti kebhinekaaan.

Itulah yang muncul dengan berbagai persoalan SARA akhir-akhir ini. Disisi lain, para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun memosisikan dirinya sebagai pembawa self fulfilling prophecy”, para peramal masa depan. Mereka dengan fasih meramalkan yang akan pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana, yang notabene mereka sendiri belum pernah melihatnya.
[zul]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya