Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
MENGUKUHKAN dasar tolÂeransi merupakan agenda pertama bagi siapapun yang hendak berbicara tentang toleransi. Dasr toleransi di sini ialah dasar teologi dan budaya luhur bangsa. BaÂgaimanapun juga masalah toleransi akan selalu aktual dibocarakan dinegara hetÂerogen seperti Indonesia. Toleransi bagi kelas menengah atas secara konseptual dianggap sudah selesai. Akan tetapi tidak demikian halÂnya bagi kelompok lain, khususnya kelompok yang mendapatkan pengaruh kuat dari kekuaÂtan ideologi tertentu. Karena itu, penguatan dasar teologi dan budaya toleransi perlu terus dikembangkan.
Di dalam Islam sendiri masalah toleransi suÂdah selesai. Islam tidak pernah melarang umatÂnya berbuat baik kepada orang-orang non-musÂlim. Sebaliknya Islam mengharuskan umatnya memuliakan siapapun yang merasa anak-cuÂcu Adam, apapun jenis kelamin, etnik, agama, dan kepercayaannya, sebagaimana ditegasÂkan di dalam Al-Qur'an: Dan sesungguhnya teÂlah Kami muliakan anak-anak Adam. (Q.S. Al- Isra’/17:70). Dalam ayat lain ditegaskan: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya AlÂlah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama, mengusirÂmu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menÂjadikan mereka sebagai kawan, maka merÂeka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. al- Mumtahanah/60:8-9). Ayat ini sangat popular, terutama pasca pengutipan Presiden Obama di Cairo University beberapa tahun lalu.
Sejak awal Islam telah menyerukan umatÂnya untuk memberikan perlindungan terhadap oaring-orang yang lemah tanpa membedakan agamanya, sebagaimana ditegaskan dalam Al- Qur'an: Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendenÂgar (dan merenungkan) firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (Q.S. al-Taubah/9:6). Ayat lain juga menegaskan: Dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman. (Q.S. al-Syu'ara/26:114). Tradisi usir-mengusir bukanlah etika sosial yang berbudaya. Pasti koÂmunitas yang diusir berusaha mencari kekuatan dan kesempatan untuk membalas dan meneÂbus kekecewaannya. Akibatnya power struggle senantiasa terbayang di hadapan kita.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
UPDATE
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33