Aksi buronan Ridwan Sitorus alias Ius Pane telah berakhir, Minggu (1/1). Salah satu komplotan perampok rumah mewah milik Dodi Triono di Pulomas, Jakarta Timur ini, ditangkap polisi setelah turun dari bus Antar Lintas Sumatera (ALS) di Medan, Sumatera Utara.
Sehari pasca-penangkapan itu, rumah Ridwan Sitorus di Gang Swadaya 9, Kampung Banjaran Pucung, Kelurahan Cilangkap, Tapos, Depok, Jawa Barat (Jabar) ramai.
Terdengar obrolan beberapa orang di dalam rumah bercat pink itu. Namun, pagar rumah setinggi dua meter itu tertutup rapat. Hanya terlihat beberapa potong pakaian basah yang dijeÂmur di depan rumah berukuran 200 meter persegi ini.
Pagar diketuk beberapa kali, namun tak ada respons dari pemilik rumah.
Bahkan, suara yang semula terdengar kencang, mendadak hilang. "Orangnya tak mau keÂluar rumah. Sekarang lagi banÂyak saudaranya yang jenguk," kata Nana, tetangga yang tinggal tepat di depan rumah Ridwan.
Untuk ke rumah Ridwan, dari Jalan Raya Bogor harus meÂnyusuri jalan selebar dua meter, sejauh lebih dari 4 kilometer. Tempatnya berada di tengah-tengah kebun milik warga.
Rumah satu lantai itu berada persis di samping tiang BTS. Sementara sisi kanan rumahnya langsung berbatasan dengan juÂrang yang cukup dalam. Antara rumah dan jurang hanya dibatasi pohon bambu.
Kondisi di dalam rumah kurang terlihat karena pagar dilapisi dengan fiber warna biru. Dari kejauhan hanya terlihat atap rumah yang sudah jebol di sana-sini karena dimakan usia.
Nana menambahkan, Ridwan bersama keluarganya memang jarang bergaul dengan warga sekitar. Bahkan, setiap ada acara warga, yang bersangkutan tidak pernah ikut berkumpul-kumpul. "Keluarganya di dalam rumah terus," ujarnya.
Wanita yang mengenakan pakaian gelap ini mengatakan, Ridwan bersama keluarganya tinggal di rumah tersebut sejak tahun 2008.
Tempat yang ditinggalinya itu, awalnya miliknya yang dijual ke orang lain seharga Rp 17 juta tahun 2000. "Saat itu lagi butuh duit jadi dijual murah," kata dia.
Namun, dia tidak mengetahui berapa harga jual kembali rumah tersebut dari orang yang memÂbelinya ke Ridwan. "Pasti lebih mahal, bisa dua kali lipatnya," duga dia.
Selama tinggal di tempat ini, kata Nana, Ridwan sering ribut dengan pamannya, bahkan hamÂpir berantem. "Kata-katanya juga kasar. Sering bilang nama-nama hewan kalau marah sama warga," ucapnya.
Apalagi, Ridwan tidak ramah dan cuek dengan kondisi sekiÂtarnya. "Bahkan saat ada acara di rumahnya, Ridwan hanya lewat saja," ujarnya.
Sebelum Ridwan ditangkap, Nana mengaku melihat keganÂjilan yang dilakukan istrinya. Sebab, jam tiga pagi hari Rabu (29/12), ibu satu anak itu terlihat membuang sesuatu yang dibungÂkus kantung kresek warna hitam ke kali yang tidak jauh dari ruÂmahnya. "Saat ditegur ngakunya buang sampah," katanya.
Padahal setiap hari kalau membuang sampah, lanjutnya, selalu sore hari dan diserahkan kepada petugas sampah kelilÂing yang selalu lewat di depan rumah mereka. "Karena tak curiga, saya diam saja. Lagian kalau turut campur, bisa panjang urusannya," ujarnya.
Lebih lanjut, wanita berumur 35 tahun ini mengaku pernah melihat Ridwan digebuki karena terjerat kasus perampokan di keÂbun kosong yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. "Tapi setelah digebuki, Ridwan tak juga kapok dan terus mengulangi perbuatanÂnya," geramnya.
Sementara pekerjaan istri Ridwan, Nana kurang mengeÂtahui secara pasti, tapi dengar-dengar sering meminjamkan uang kepada tetangga dengan bunga yang cukup tinggi. "Saya tak tahu berapa bungnya, soalÂnya tak pernah pinjam. Tapi, serÂingkali warga terlihat membayar utang ke rumah itu," kata dia.
Sementara, Ketua RT 004/007 tempat tinggal Ridwan, Suherman Sarta membenarkan, bahwa Ridwan Sitorus meruÂpakan warganya. Ridwan telah lama tinggal di Gang Swadaya 9 RT 004/ RW 07, Kampung Banjaran Pucung, Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Tapos, Depok, Jawa Barat. "Beliau tingÂgal di kampung ini sejak tahun 2008," ujar Suherman.
Menurut Suherman, Ridwan tinggal bersama istri dan satu anaknya yang sudah dewasa. "Anaknya kerja di Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR) Jakarta Timur," sebut dia.
Kendati menjadi warganÂya, pria berumur 47 tahun ini mengaku kurang akrab dan tidak mengenal dengan baik kepribadian Ridwan. Apalagi, selama tinggal di lingkungan ini, Ridwan jarang sekali bergaul dengan warga. Bahkan, selama lebih enam tahun tinggal di sini, dirinya hanya baru bertemu sekali. "Itu saja waktu dia mau buat KK (kartu Keluarga)," keÂnangnya sambil menunjukkan KK milik Ridwan.
Jarangnya Ridwan terlihat di rumahnya, karena yang bersangÂkutan hanya seminggu sekali daÂtang rumahnya untuk menjenguk istrinya. "Itupun datangnya jam 1 malam," sebut dia.
Sejak awal, kata pria yang akrab disapa Erman ini, Ridwan tidak mempunyai masalah denÂgan warga sekitar atau berÂbuat keributan dengan tetangga. "Seringnya bermasalah di luar Depok," ujarnya.
Terakhir seingat dia, awal taÂhun 2010, Ridwan ditangkap saat melakukan aksi perampokan di Solo, Jawa Tengah. "Akibat perÂbuatannya, dia baru bebas tahun akhir tahun 2015," tandasnya.
Lebih lanjut, kata pria yang mengenakan kaos warna gelap ini, Ridwan terakhir kali berada di rumahnya sebelum ditangÂkap polisi, 25 Desember 2016. "Setelah itu saya tak tahu keÂmana perginya," kata dia.
Dirinya mengetahui salah satu warganya menjadi buron dari televisi. "Saya kaget juga, soalnya nggak tahu selama ini kerjanya apa," kata dia.
Namun demikian, Erman menÂgaku pernah mendengar curhatan dari MD, istri Ridwan Sitorus yang mengeluhkan kelakuan suaminya sejak kenal dengan Ramlan Butar-Butar, sang pemimpin perampok rumah meÂwah di Pulomas, Jakarta Timur.
Dalam keluhannya, istrinÂya bercerita bahwa awalnya suaminya merupakan pribadi yang baik. "Tidak pernah terkeÂna kasus kriminal. Semuanya berubah sejak bergaul dengan kaptennya itu, Ramlan," ujar dia menirukan MD. ***