Berita

Ilustrasi/Net

Jaya Suprana

Togog Dan Bilung

SENIN, 02 JANUARI 2017 | 07:11 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

MUNGKIN akibat bentuk tubuh saya memang buncit seperti gentong yang menurut dokter bukan overweight namun obesitas, maka kerap kali ada saja pihak yang menyamakan saya dengan Semar. Disamakan dengan Semar merupakan kehormatan besar bagi saya, namun penghinaan parah bagi Semar.  

Saya sangat mengagumi tokoh Semar sebagai personifikasi rakyat yang sebenarnya jauh lebih bijak dan lebih sakti-mandraguna ketimbang para raja, presiden, perdana menteri, diktator di macapada ini. Semar adalah penjelmaan dewa, Batara Ismaya. Di dunia  yang diutus turun ke bumi.

Di macapada, Semar didampingi tiga puteranya yaitu Gareng, Petruk dan Bagong. Namun sebenarnya masih ada para tokoh punakawan lainnya yaitu Togog dan Bilung. Dalam satu di antara sekian banyak versi Wayang Purawa, terkisah  Sanghyang Wenang menyelenggarakan sayembara untuk memilih penguasa kahyangan dari keempat anaknya yang lahir dari sebutir telur.
Lapisan telur yakni kulit paling luar diberi nama Batara Antaga; selaput telur diberi nama Batara Sarawita; putih telur Batara Ismaya; dan kuning telur Batara Manikmaya.

Lapisan telur yakni kulit paling luar diberi nama Batara Antaga; selaput telur diberi nama Batara Sarawita; putih telur Batara Ismaya; dan kuning telur Batara Manikmaya.

Sayembara diselenggarakan dengan syarat barang siapa dari keempat dewa tersebut dapat menelan bulat-bulat dan memuntahkan kembali Gunung Mahameru maka dialah yang akan terpilih menjadi penguasa kahyangan.

Pada giliran pertama Batara Antaga mencoba untuk melakukannya, namun yang terjadi malah mulutnya robek dan ngedower  menjadi Togog akibat memaksakan diri untuk menelan sesuatu padahal mulut tidak muat.

Giliran Batara Sarawita salah menelan gunung yang sedang aktif dan mendadak meletus sebelum dia menelannya membuat seluruh tubuhnya rusak dan bopeng-bopeng menjadi Bilung.

Giliran berikutnya adalah Batara Ismaya yang melakukannya, Gunung Mahameru dapat ditelan bulat-bulat tetapi tidak bisa dikeluarkan kembali karena jadilah Semar berperut buncit karena ada gunung nyumpal di dalamnya.

Akibat bahan sayembara sudah musnah ditelan Semar maka yang berhak memenangkan sayembara dan diangkat menjadi penguasa kadewatan adalah Sang Hyang Manikmaya atau Batara Guru, anak bungsu dari Sang Hyang Wenang.

Sementara Togog, Bilung dan Semar akhirnya diutus turun ke marcapada  untuk menjadi penasihat, dan pamong pembisik makna sejati kehidupan dan kebajikan pada manusia.

Semar bersama tiga putranya ditugaskan sebagai pamong untuk para satria berwatak baik yaitu Pandawa.  Togog dan Bilung diutus sebagai pamong untuk para satria dengan watak buruk yaitu Kurawa.  

Sebenarnya tugas Togog dan Bilung jauh lebih berat ketimbang Semar dan anak-anaknya. Togog dan Bilung bertugas mendampingi para satria berwatak buruk yang tentu lebih sulit dibina untuk menjadi baik ketimbang satria berwatak baik.

Dalam pergelaran wayang, Semar beserta anak-anaknya dianggap sebagai tokoh baik. Namun akibat dianggap berpihak ke para tokoh  buruk maka Togog dan Bilung selalu di-bully para penonton yang tidak paham bahwa sebenarnya Togog dan Bilung mengemban tugas mulia yang lebih berat ketimbang Semar dan anak-anaknya.

Hyper-polarisasi opini publik semacam itu juga terjadi pada kenyataan politik masa kini. Mereka yang dianggap berpihak ke kubu lawan politik otomatis dianggap hukumnya wajib di-bully habis oleh laskar buzzers yang seolah terprogram seperti robot untuk melalui medsos langsung menghabisi siapa saja yang dianggap berpihak ke kubu lawan politik. [***]

Penulis adalah pembelajar makna falsafah hidup terkandung Wayang Purwa

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Pasutri Kurir Narkoba

Rabu, 03 Desember 2025 | 04:59

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

UPDATE

Rais Syuriyah PBNU: Ada Indikasi Penetrasi Zionis

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:49

Prabowo: Saya Tidak Punya Tongkat Nabi Musa, Tapi Semua Bekerja Keras

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:42

Mohammad Nuh Jabat Katib Aam PBNU Kubu Sultan

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:19

Konstitusionalitas Perpol Nomor 10 Tahun 2025

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:18

Pemeriksaan Kargo Diperkuat dalam Pemberantasan Narkoba

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:11

Korban Meninggal Akibat Banjir dan Longsor Sumatera Tembus 1.006 Jiwa

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:53

Aktivis 98 Bagikan Paket Bantuan Tali Kasih Natal untuk Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:52

Kader Pemuda Katolik Bali Cetuskan Teori PARADIXIA Tata Kelola AI Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:39

Ketika Jabatan Menjadi Instrumen Pengembalian Modal

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:35

Tokoh Muda Dukung Prabowo Kejar Lompatan Gizi dan Pendidikan Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:29

Selengkapnya