LIPI memproyeksi, perekonoÂmian Indonesia tahun depan tumbuh di kisaran 5,45 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2017 sebesar 5,1 persen.
"LIPI lebih optimistis dibanding pemerintah dalam arti positif. Pesan moralnya, ayo kita bisa. Pertumbuhan ekonomi 2017 kami berada di kisaran 5,3 sampai 5,6 persen. Moderatnya sekitar 5,45 persen," kata PeÂneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Maxensius Tri Sambodo dalam Economic Outlook 2017 LIPI di Jakarta, kemarin.
Max menyadari, prediksi tersebut cukup ambisius jika melihat indikator makro ekonoÂmi. Apalagi perekonomian dunia masih penuh ketidakpastian. Antara lain harga komoditas dunia yang masih bergejolak, khususnya energi dan pangan, dan ketidakpastian suku bunga global.
Namun demikian, pihaknya melihat ada beberapa faktor penÂdongkrak ekonomi tahun depan. Di antaranya, potensi penguatan nilai tukar. LIPI memperkirakan tahun depan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) Rp 13.250 per dolar AS, lebih kuat dibandingkan asumsi pemerinÂtah, Rp 13.300 per dolar AS.
"Penguatan nilai tukar terÂjadi karena suplus neraca pembayaran dan masuknya investasi asing yang didorong oleh suku bunga domestik yang masih menjanjikan," katanya.
Selain penguatan nilai tukar, Max optimistis tahun depan bakal terjadi akselerasi investasi. Hal ini didukung oleh masuknya dana repatriasi program tax amnesty (pengampunan pajak) dan perbaikan prosedur perizinan yang merupakan turunan dari paket kebijakan ekonomi.
Faktor pendongkrak ekonomi lainnya disebutkan Max adalah meningkatnya konsumsi pemerintah. Hal itu akan memÂbantu menggerakkan laju perÂekonomian meskipun konsumsi swasta masih terseok-seok.
Max mengingatkan pemerinÂtah untuk konsisten melakukan upaya diversikasi pasar guna menghadapi pelemahan ekspor. Sehingga, tahun depan target pertumbuhan ekonomi dapat tercapai.
"Diversifikasi pasar ekspor bisa dilakukan dengan membidik Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika Latin. Hal ini dinilai bisa menahan tekanan perlamÂbatan pertumbuhan ekspor," sarannya.
Perbaiki Infrastruktur Max juga menyarankan peÂmerintah untuk memperbaiki infrastruktur di berbagai daerah yang berkaitan erat dengan persoalan distribusi. LIPI memÂperkirakan, inflasi tahun depan ada di level 4 persen.
"Kalau infrastruktur baik bisa menekan biaya distribusi pangan, terutama di daerah perbatasan. Kalau infrastruktur sudah baik tapi inflasi masih tinggi, berarti ada yang salah dengan mata rantai produkÂsinya," ucap Max.
Deputi Bidang Ilmu PengetaÂhuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI, Tri Nuke Pudjiastuti mengÂingatkan, pentingnya menjaga stabilitas dan iklim politik yang kondusif pada ajang pilkada serentak tahun depan. MenurutÂnya, hal itu sangat penting untuk menjaga momentum pertumbuÂhan ekonomi, khususnya dalam menjaga iklim investasi.
Dia menjelaskan, studi menunÂjukkan ada korelasi positif antara semakin baiknya iklim demokrasi dengan pergerakan kemajuan ekonomi. Begitu juga sebaliknya.
"Suhu politik ekonomi Tanah Air akan mempengaruhi situasi ekonomi. Tahun depan akan menjadi tahun penting karena ada pilkada serentak," ungkap Nuke.
Selain tantangan politik inÂternal, Nuke menilai, keluarnya Indonesia dari keangotaan Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan menjadi tantangan baru yang harus dihadapi pemerintah. ***