Berita

Politik

Umat Islam Melawan Propaganda Media Mainstream

JUMAT, 09 DESEMBER 2016 | 12:26 WIB | OLEH: GDE SIRIANA

KEBANGKITAN umat Islam secara politik setelah munculnya kasus penistaan agama menunjukkan bahwa umat Islam memiliki cara pandang yang berbeda dengan media mainstream. Umat Islam ingin menunjukkan identitas mereka dengan melawan hegemoni atas ide, gagasan dan pemikiran.

Umat Islam sebagai mayoritas di Indonesia memiliki identitas politik, ekonomi dan budaya tersendiri. Sikap otoriter pemerintahan Jokowi dengan dukungan media mainstream yang telah melakukan hegemoni atas opini publik sesungguhnya adalah untuk mempolarisasi kekuatan umat Islam dan kelompok nasionalis dengan menciptakan makna baru ke dalam identitas kultur dan gerakan yang sejatinya tidak demikian. Inilah yang disebut dengan imperialisme informasi.

Kita bisa melihat media masa mainstream selalu memberi perspektif baik pada kelompok Islam yang mendukung sekulerisme dan liberalisme. Sebaliknya memberi perspektif buruk (framing) untuk kelompok Islam yang menentang sekulerisme dan liberalisme. Menghadapi pemerintahan otoriter dan hegemoni informasi, umat Islam meyakini bahwa sejarah umat Islam di Indonesia merupakan sumber identitas politik, ekonomi dan sosial yang tidak akan pernah hilang.


Sejak kemunculan kasus penistaan agama, keresahan umat dihadapi secara sporadis dan mereka berikhtiar sendiri dan berkelompok tanpa komando. Ghiroh perlawan ini mendorong mereka menjadi cyber army tanpa komando dan tanpa bayaran. Ternyata ikhtiar itu sangat efektif dalam melawan dominasi dan hegemoni media mainstream di medsos. Saat ini apapun yang dilemparkan kepada umat Islam di medsos akan menjadi bola api liar dan menyerang balik.

Semakin jauh tindakan otoriter pemerintahan Jokowi dengan dukungan propaganda makar oleh media mainstream, maka secara cepat dan spontan akan direspon dengan meleburnya batas-batas antara kelompok Islam dan nasionalis ke dalam sebuah gerakan perlawanan umat yang masif. Salah satunya bisa dilihat dari benih-benih aksi boikot kepada produk atau jasa tertentu kini menjadi fenomena di medsos. Bukan tidak mungkin jika aksi boikot meningkat menjadi aksi pembangkangan sipil.[***]


Pengamat dari Soekarno Institute For Leadership



Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya