Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman diminta tanggap terhadap permasalaÂhan peternak sapi. Selama ini, perlindungan dan perhatian terhadap mereka kurang makÂsimal sehingga harga daging sapi masih tetap tinggi.
Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), Henry Saragih mengeluhkan masih tingginya harga daging sapi di pasaran. Anehnya, kenaikan tersebut tidak dinikmati sepenuhnya oleh peternak sapi lokal.
Henry mengatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) harus merangkul peternak sapi lokal untuk memutus mata rantai perdagangan yang panjang. "Diperparah lagi, tak ada instrumen dari pemerintah yang berupaya menstabilkan harga daging sapi sehingga terkesan tetap dibiarkan tinggi di pasaran," kata Henry di Jakarta, kemarin.
Bila pun ada, menurut dia, pemerintah memberikan solusi yang bersifat sementara sehingga tidak mampu memutus mata rantai tengkulak harga pangan. Dia mencontohkan, harga cabai yang dipatok Rp 15 ribu/kg, melonjak hingga Rp 80 ribu/ kg. "Pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa," ujarnya.
Demi melawan para tengÂkulak, kata Henry, seluruh peÂternak daging mulai dari sapi, ayam, dan kerbau akan melakuÂkan kongres untuk menentukan kebijakan harga yang selama ini bisa dinikmati petani. Sebab, kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementan tidak berpiÂhak kepada petani rakyat.
Tak hanya itu, Henry mengatakan, seluruh petani yang tergabung dalam Holtikultura akan menggelar unjuk raÂsa besar-besaran menuntut Kementan melakukan perbaiÂkan kebijakan pangan yang terus melambung tinggi akhir-akhir ini.
"Demo akan dilakukan 8 Desember di Kementan dan Istana Negara," katanya. Aksi tersebut terjadi, kata Henry, karena ada kegelisahan petani kentang yang harganya jatuh gara-gara pemerintah melakuÂkan impor dari China.
"Pemerintah sebenarnya tidak mudah mengimpor untuk menyelesaikan mahalnya harga pangan," kritiknya. Di masa mendatang, Henry meminta Kementan untuk patuh kepada Nawacita yang selama ini diÂgaungkan yaitu soal kedaulatan pangan.
Kedaulatan pangan bisa terÂjadi bila petani rakyat dikemÂbangkan sedemikian rupa seÂhingga memenuhi kebutuhan nasional. Sementara, impor diÂbatasi atau dihentikan. "Kalau memang impor dilakukan harus jelas instumennya," kata dia.
Soal daging sapi yang maÂhal, dia meminta pemerintah untuk tidak perlu melakukan impor, tapi biarkan saja agar tetap mahal. Masyarakat yang keberatan dengan harga daging bisa beralih membeli daging lain seperti ayam, bebek atau kerbau.
Langkah ini, kata dia, juga pernah dilakukan pemerintah China yang mendorong warÂganya untuk mengkonsumsi entok dan ayam. "Apalagi, perawatan sapi cukup sulit karena memerlukan lahan luas," tutupnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyatakan kesedihanÂnya jika mendengar laporan Indonesia masih melakukan imÂpor pangan. "Saya kalau dengar yang namanya impor pangan, itu sedih banget," kata presiÂden di Jakarta, Rabu (30/11). Jokowi mengungkapkan beÂberapa pangan yang harusnya bisa ditanam Indonesia, tapi masih diimpor, diantaranya buah, jagung, beras.
"Beras impor, tapi tahun ini tadi Pak Menteri Pertanian bilÂang sudah nggak impor, sudah. Jagung dulu masih impor 3,2 juta ton sekarang sudah turun anjlok 60 persen, bagus," kata Jokowi. ***