SAYA memiliki dua sahabat di Medan yang keduanya tokoh kemanusiaan sekaligus juga tokoh Bhinneka Tunggal Ika, yaitu Rahmat Shah dan Bibi.
Rahmat yang kebetulan warga Indonesia keturunan Afghanistan dan Bibi yang kebetulan warga Indonesia keturunan China.
Rahmat dan Bibi merupakan para penerima anugerah MURI sebagai aktivis kemanusiaan, kemasyarakatan, kerakyatan dan kebudayaan yang senantiasa menjunjung tinggi semangat Bhinneka Tunggal Ika. Rahmat Shah adalah Ketua Palang Merah Indonesia, Medan Sumatera Utara dan Bibi adalah tokoh masyarakat Tionghoa di Medan yang hidupnya dipersembahkan untuk menolong kaum miskin yang kesulitan biaya kesehatan di samping juga mendirikan rumah jompo di Medan.
Keduanya tidak mengenal lelah dalam perjuangan mewujudkan asas kemanusiaan menjadi kenyataan sikap dan perilaku. Rahmat dan Bibi dengan latar belakang etnis yang saling beda senantiasa berjuang mempersatupadukan diri demi mewujudkan semangat Bhinneka Tunggal Ika menjadi kenyataan sikap dan perilaku nyata. Minggu 20 Oktober 2016, kedua tokoh kemanusiaan tersebut menyelenggarakan aksi donor darah dengan melibatkan masyarakat Medan tanpa batasan ras, etnis, suku, golongan dan agama sebagai kerja sama kemanusiaan antara Palang Merah Indonesia di Medan dengan masyarakat Buddha di Medan.
Mengharukan menyaksikan bagaimana masyarakat Medan tanpa batasan SARA pada hari Minggu tanggal 20 Oktober 2016 menyempatkan diri untuk berduyun-duyun datang ke lapangan udara Polonia demi mendonorkan darah bagi sesama manusia dan warga Indonesia yang kebetulan membutuhkan sumbangsih darah.
Di lanud Polonia, tetesan darah yang didonorkan oleh umat muslim, Buddha, Konghucu, Hindu, Nasrani bersatu padu menjadi satu untuk disumbangsihkan bagi sesama warga Indonesia tanpa batasan suku, etnis, golongan dan agama. Apa yang dilakukan Rahmat dan Bibi bergotong-royong dengan masyarakat Medan dalam gerakan donor darah merupakan bukti nyata tak terbantahkan bahwa bangsa Indonesia memiliki peradaban adiluhur yang senantiasa menjunjung tinggi semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar falsafah kehidupan bangsa Indonesia ! Gerakan Donor Darah Massal di Medan 20 November 2016 pada hakikatnya merupakan suatu bentuk unjuk-rasa, aksi-damai, parade atau apa pun namanya demi menjunjung tinggi UUD 1945, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar sebagai slogan untuk dihafal namun benar-benar nyata diwujudkan menjadi kenyataan sikap dan perilaku.
Gerakan donor darah tanpa batasan SARA di Medan dan gerakan merestorasi gereja Ouikomene pasca teror bom molotov di Samarinda oleh umat Nasrani bergotong royong dengan Polri, TNI dan umat Islam merupakan bukti nyata yang telak menepis serta menolak anggapan apalagi tuduhan negatif terhadap kerukunan umat beragama dan kerukunan antar etnis di Indonesia. Apa yang dilakukan warga Medan dan Samarinda benar-benar membuat saya pribadi merasa bangga dan bahagia menjadi warga Indonesia. Merdeka!
[***]
Penulis adalah pendukung semangat Bhinneka Tunggal Ika